Yesterday Beatles

Minggu, 11 Oktober 2009

BACK TO BASIC.


Disadari atau tidak kita sudah memasuki abad ke 21 dengan segala sisi baik dan buruk. Kita katakan baik , karena kita pada akhirnya sampai juga di tahun 2007 melewati berbagai persoalan yang datang kepada kita , kita katakan buruk, dalam tanda kutip karena tentunya saat inipun kita sudah bisa merasakan tantangan yang lebih besar. Akan mampukah kita menghadapi tantangan yang semakin berat ini ? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita berdiskusi dalam tulisan singkat berjudul back to basic. Pertanyaan pertama tentunya adalah apa yang dimaksud dengan back to basic , kemudian mengapa back to basic , bagaimana cara kita back to basic , kapan dan dibagian yang mana dari aktifitas kita ini yang harus back to basic.

Disadari atau tidak kita sudah memasuki abad ke 21 dengan segala sisi baik dan buruk. Kita katakan baik , karena kita pada akhirnya sampai juga di tahun 2007 melewati berbagai persoalan yang datang kepada kita , kita katakan buruk, dalam tanda kutip karena tentunya saat inipun kita sudah bisa merasakan tantangan yang lebih besar. Akan mampukah kita menghadapi tantangan yang semakin berat ini ? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita berdiskusi dalam tulisan singkat berjudul back to basic. Pertanyaan pertama tentunya adalah apa yang dimaksud dengan back to basic , kemudian mengapa back to basic , bagaimana cara kita back to basic , kapan dan dibagian yang mana dari aktifitas kita ini yang harus back to basic.

Kesepakatan tentang apa yang dimaksud dengan back to basic.
Seperti yang telah disebutkan diatas ternyata kita sudah masuk di tahun yang ketujuh dari abad 21 ini. Cukup jauh perkembangan yang kita capai selama ini walaupun masih menjadi pertanyaan besar mengapa dalam bidang-bidang tertentu dirasakan kelambanan perkembangan. Didalam tulisan ini kita memang membatasi diri ingin membahas langkah-langkah back to basic dalam konteks bahwa ada hal-hal mendasar dan sederhana yang perlu kita pahami lebih dalam sebelum kita melangkah ke hal-hal yang sulit. Seringkali kita terdorong untuk berpikir yang muluk-muluk tetapi karena tidak down to earth dalam tanda kutip maka kita justru dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang sederhana. Jadi tulisan ini membahas tentang perlunya kita kembali ke hal-hal yang sederhana yang mendasar untuk bisa menghasilkan suatu karya yang nantinya diharapkan menjadi suatu masterpiece.

Mengapa back to basic.
Seorang teman saya adalah anak dari pemilik dan pengelola suatu perusahaan besar. Setelah dia tamat insinyur kemudian dia bekerja di perusahaan orangtuanya dan berstatus pembantu pelaksana di lapangan. Apakah mungkin seorang sarjana sipil begitu tamat maka dia memiliki kemampuan untuk menjadi pimpinan yang efektif suatu perusahaan kontraktor ? Pertama bahwa disekolah tidak diajari cara memanage suatu perusahaan. Kedua , praktikum yang pernah di lakukan dikampus terbatas pada hal-hal tertentu. Ketiga , kalaupun pernah kerja praktek itupun dilakukan tidak secara penuh. Keempat tidak bisa diyakinkan bahwa yang bersangkutan memiliki bakat memimpin. Secara umum bisa kita katakan bahwa diperlukan suatu pengalaman dan proses yang panjang untuk seseorang bisa menjadi pimpinan suatu perusahaan. Dia masih harus memahami terlebih dahulu pengetahuan dan pengalaman dasar sebelum masuk ketingkat yang lebih tinggi. Suatu organisasi atau perusahaan yang efektif dimulai dari pembangunan elemen atau unsur terkecil dari organisasi atau perusahaan tersebut. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan kompetensi dan komitmen dari elemen tersebut baik itu berupa elemen mati maupun terutama elemen hidupnya yaitu berbagai sumberdaya terutama sumber daya manusia yang dimiliki organisasi atau perusahaan. Secara umum bisa kita katakan bahwa segala sesuatu yang terjadi dialam semesta ini berjalan melalui suatu proses , bukan tercipta secara overnight. Kita hanya bisa membentuk tim yang solid apabila tim tersebut terdiri dari individu-individu yang bisa diandalkan baik sisi hard maupun sisi soft competency serta komitmennya. Dalam ilmu berhitung kita harus betul-betul memahami cara menambah dan mengurang. Ini yang paling mendasar karena tanpa pengetahuan menambah tidak mungkin bisa mengalikan. Lima dikalikan dua artinya sama dengan lima ditambah lima. Lima kuadrat artinya lima kali lima yang artinya adalah lima ditambah lima , ditambah lima , ditambah lima , ditambah lima menjadi duapuluh lima. Bayangkan kalau seandainya kita tidak bisa menambah jangan berharap kita bisa mengalikan , menguadratkan. Jangan berharap bisa belajar matematika , atau calculus tingkat tinggi lupakan saja tanpa berbekal pengetahuan yang sangat mendasar yaitu pengetahuan menambah dan mengurangi angka.

Bagaimana cara kita back to basic.
Kalau kita kembali ke konteks perusahaan maka yang kita lakukan adalah mencoba memetakan kembali aktifitas-aktifitas basic apa yang utama maupun yang menjadi pendukung yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kerangka Value Chain Analysis Michael Porter. Aktifitas basic ini harus kita break down lagi kedalam elemen-elemen yang tidak bisa kita pecah lagi. Aktifitas utama jelas haruslah mengalir dan berjalan dengan baik didukung oleh subaktifitas yang berjalan baik juga.Pemahaman terhadap elemen terkecil ini menjadi sesuatu yang krusial karena seringkali sulit dilakukan.
Pelaku aktifitas elemen terkecil ini haruslah terbackup dengan kompetensi maupun komitmen yang memadai juga. Isue inkompetensi menjadi tantangan yang terberat untuk keberhasilan aktifitas atau proses bisnis perusahaan terutama yang menyangkut proses utama yang tidak boleh mengalami hambatan. Ketidak berhasilan proses bisnis utama perusahaan akan membuat masalah besar karena disinilah letak kualitas perusahaan yang utama.

Kapan dan dibagian yang mana dari aktifitas kita yang harus back to basic.
Pada dasarnya kita memiliki penyakit yang umum terjadi yaitu menunda pekerjaan yang berakhir dikemudian hari muncul penyesalan. Oleh karena itu tidak usah menunda lagi mulailah sekarang kita coba identifikasi berbagai hal yang kita lakukan yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan hidup kita (”.... yang seringkali juga tidak pernah dirumuskan dengan jelas ....”). Apa yang kita lakukan ini kita breakdown lagi kedalam elemen-elemen terkecil kemudian kita simpulkan bahwa untuk mengerjakan suatu elemen kegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidup kita diperlukan suatu kompetensi khusus yang harus kita lengkapi , dengan demikian lebih mudah kita dalam bekerja , berkarya , berprestasi meraih cita-cita kita. Analog dengan perusahaan maka dalam rangka mencapai tujuan perusahaan diperlukan suatu proses yang harus kita yakini dijalankan dengan baik elemen demi elemen dengan demikian proses mencapai tujuan perusahaan akan menjadi lebih efektif. Marilah kita buktikan !

Tidak ada komentar: