I. Pokok Pikiran.
Konon manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dari makhluk lain. Dan manusia yang terlahirpun telah melalui proses penyaringan yang bukan main ketatnya. Dengan demikian semua manusia yang hidup didunia sebenarnya merupakan makhluk pilihan , makhluk terbaik dengan berbagai keunggulan dan kelemahannya. Namun kemudian menjadi suatu pertanyaan besar mengapa kita melihat begitu banyak kelemahan yang ditunjukkan oleh manusia. Begitu banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tadinya kita lihat sebagai orang-orang yang hebat. Memang benar bahwa baik atau buruk , bisaa atau hebat adalah pernyataan pikiran saja yang cenderung relatif tergantung darimana kita memandangnya , tergantung sudut pandang atau paradigma kita. Namun demikian marilah kita kaji kembali sejauh mana sebetulnya kehebatan manusia.II. Manusia ditengah lingkungannya.
Manusia adalah bagian dari suatu kelompok masyarakat. Dalam skala kecil manusia sebagai bagian dari kelompok yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan. Saat ini kita memang sudah melihat manusia sebagai bagian dari suatu organisasi dengan cara yang berbeda. Para pakar mengatakan bahwa manusia dalam perusahaan sekarang merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting yaitu sumberdaya manusia diantara sumberdaya-sumberdaya yang lain yang dimiliki perusahaan. Dilain pihak kita masih ingat istilah the man behind the gun. Mengapa the man behind the gun ? Mengapa tidak the gun in front of the man ? Disini kita bisa menterjemahkan bahwa manusia diberikan posisi lebih penting. Faktor manusia dikedepankan dibandingkan dengan senjata atau alat yang merupakan juga salah satu sumber daya dalam perusahaan. Kita juga tahu bahwa senjata yang hebat sekalipun apabila tidak ada manusia yang menjalankannya maka senjata itu tidak membawa manfaat apa-apa. Senjata yang hebat tentunya hanya akan bisa dioperasikan oleh orang-orang yang hebat juga yang mampu memahami dan mengambil manfaat dari kehebatan senjata tersebut. Ini berarti bahwa senjata sederhana masih lebih baik apabila dioperasikan oleh orang-orang yang tahu memanfaatkan senjata tersebut dibandingkan senjata canggih yang digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan memadai untuk bisa memahami dan memanfaatkan kecanggihan senjata tersebut. Dengan demikian kita akan bisa menjawab pertanyaan ; apabila kita ingin meningkatkan hasil, mana yang kita perbaiki lebih dahulu , alatnya ( …yang berarti sumber daya yang lain …) ataukah orangnya yang diperbaiki dulu ? Tentunya lebih masuk logika apabila kita melakukan perbaikan terhadap manusianya dulu karena dengan manusia yang baik maka kekurangan sumberdaya bisa diupayakan oleh manusia yang memiliki kemampuan baik.
Marilah kita sejenak kembali kepada pertanyaan awal yaitu mengapa manusia sebagai makhluk pilihan masih tetap melakukan berbagai kesalahan dan kekeliruan yang tidak mencerminkan kehebatannya ? Mengapa masih banyak terjadi persoalan-persoalan yang berat akibat dari kelemahan pada sector manusia yang sering kita sebut sebagai human error ? Disini akhirnya kita harus mengakui bahwa kehebatan manusia terletak disisi potensi yang dimiliki. Manusia memang memiliki potensi yang luar bisaa dalam dirinya baik fisik maupun mental. Namun semuanya itu adalah baru potensi. Artinya kalau potensi itu tidak digali dikembangkan digunakan dan dipelihara , maka semuanya akan tetap tinggal hanya sebagai potensi. Dengan berjalannya waktu ada manusia yang berhasil menggali dan mengembangkan potensinya sehingga mereka menjadi hebat pintar dengan fisik yang bagus otak yang cerdas. Memang dimungkinkan bahwa proses penyaringan terlahirnya manusia tidak berjalan dengan baik sehingga tetap muncul manusia-manusia yang dari lahirnya sudah merupakan produk cacat. Namun cacat ini tentunya bukan karena kesalahan penciptaan tapi pencipta kita tentunya tahu bahwa didunia juga diperlukan adanya produk-2 yang cacat yang akan melengkapi perjalanan hidupmanusia untuk mencapai tujuannya.
Dari pemikiran diatas maka masuk akal bahwa hanya manusia-manusia tertentu saja yang berhasil lebih baik dalam hidupnya karena mereka telah menggali , mengembangkan dan menggunakan potensi yang dimilikinya. Dengan cara bagaimana ? Tentunya dengan mengasah otot-otot fisiknya maupun otot-otot mentalnya , sehingga mereka memiliki otot yang kuat dan pemikiran yang cerdas.
III. Meningkatkan kinerja melalui pengembangan Sumber daya Manusia.
Kita sudah membahas mengapa SDM menjadi salah satu Sumber daya yang sangat penting diantara berbagai sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya lain yang hebat tidak akan memberikan manfaat apa-apa tanpa didukung oleh SDM yang baik yang mampu menggunakan berbagai sumber daya lain yang dimiliki perusahaan. Standard Internasional untuk peningkatan kinerja perusahaan yaitu ISO 9000 versi 2000 yang merupakan standard basic bagi perusahaan , mempersyaratkan kompetensi yang memadai bagi seorang karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya yang dibuktikan dengan adanya sertifikat ataupun pengalaman dalam bidangnya. Didalam negeri kita sudah mulai menyadari bahwa produk-produk konstruksi memiliki mutu dibawah yang dipersyaratkan , terbukti dari banyaknya kegagalan bangunan. Munculnya Undang-undang Jasa Konstruksi mengisyaratkan pentingnya seluruh unsur yang terkait dengan kegiatan jasa konstruksi memiliki kecakapan untuk melaksanakan pekerjaannya , sehingga tenaga konstruksi berbondong-bondong mencari sertifikat melalui pelatihan-pelatihan untuk sertifikasi. Pegawai Negeri dipersyaratkan untuk tidak cukup hanya memiliki gelar sarjana untuk bisa naik pangkat ke jenjang yang tertinggi. Ramailah para pegawai mencari gelar supaya bisa naik pangkat bahkan ada yang tanpa kuliah juga maunya dapat gelar. Tentunya bukan ini yang dimaksud. Seseorang yang telah berhasil melalui proses pembelajaran ketingkat yang lebih tinggi diharapkan tentunya akan memiliki kompetensi yang lebih tinggi sehingga memberikan output yang lebih baik.
Konsep balanced scorecards mendasari pendekatannya dengan 4 perspektif yang diawali dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap human capital. Perusahaan tidak akan berhasil melakukan kegiatannya dengan baik apabila human capitalnya tidak kompeten dan tidak punya motivasi. Sehingga orang-orang yang tidak punya kemampuan dan tidak punya motivasi dalam perusahaan sebetulnya bukan human capital malahan mereka menjadi beban perusahaan yang akhirnya menghambat laju kecepatan gerak perusahaan untuk mencapai target kinerjanya. Dengan pendekatan Balanced score cards apabila kita ingin memulai perbaikan dalam perusahaan pertama-tama yang kita lakukan ialah meningkatkan kemampuan serta komitmen dari karyawan. Kalau proses ini tidak kita lakukan maka proses bisnis kita tidak akan berjalan baik , pelanggan tidak puas dan kinerja perusahan menurun. Ketiga perspektif yang pertama dari balanced scorecards yaitu , perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Human capital , perspektif proses bisnis internal dan perspektif pelanggan adalah merupakan faktor pemicu yang sesungguhnya dari kinerja perusahaan.
Kompetensi dan Motivasi SDM tentunya haruslah dimiliki oleh semua jajaran sampai ke top management. Oleh karena itu walaupun dalam konsep Malcolm Baldrige kriteria penilaian perusahaan yang pertama adalah kepemimpinan yang memiliki bobot cukup besar yaitu 12 % dibandingkan dengan kriteria SDM yang hanya 8.5 %. Namun kepemimpinan yang efektif tentunya dijalankan oleh SDM yang punya kemampuan dan komitmen. Dalam pendekatan Balanced scorecards maka kepemimpinanlah yang akan mengelola real driver atau pemicu kinerja perusahaan. Dengan analogi daya ungkit maka seorang pemimpin yang efektif bisa melipatgandakan kinerja perusahaan melalui kekuatan atau daya ungkit yang terletak pada faktor SDM , proses bisnis dan kepuasan pelanggan. Dengan pendekatan Lean six sigma , pemimpin yang efektif mampu membentuk team yang berorientasi kepada perbaikan sistem dengan menghilangkan setiap pemborosan dalam proses sehingga bisa memberikan nilai tambah dan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan sekelompok pasukan khusus yang berkualitas yang mampu menjadi motor penggerak dalam rangka mengidentifikasi proses-proses yang tidak memberikan nilai tambah serta tingginya variasi dalam proses yang menurunkan efisiensi. Kesimpulan singkat dari diskusi kita diatas ialah , apabila kita ingin memperbaiki kinerja perusahaan mulailah dengan menggarap human capital terlebih dahulu. Perlu waktu memang dan dampaknya tidak instant tetapi dalam jangka panjang kita akan memiliki perusahaan yang secara struktural memang kuat. Silakan mencoba !
>
Konon manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dari makhluk lain. Dan manusia yang terlahirpun telah melalui proses penyaringan yang bukan main ketatnya. Dengan demikian semua manusia yang hidup didunia sebenarnya merupakan makhluk pilihan , makhluk terbaik dengan berbagai keunggulan dan kelemahannya. Namun kemudian menjadi suatu pertanyaan besar mengapa kita melihat begitu banyak kelemahan yang ditunjukkan oleh manusia. Begitu banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tadinya kita lihat sebagai orang-orang yang hebat. Memang benar bahwa baik atau buruk , bisaa atau hebat adalah pernyataan pikiran saja yang cenderung relatif tergantung darimana kita memandangnya , tergantung sudut pandang atau paradigma kita. Namun demikian marilah kita kaji kembali sejauh mana sebetulnya kehebatan manusia.II. Manusia ditengah lingkungannya.
Manusia adalah bagian dari suatu kelompok masyarakat. Dalam skala kecil manusia sebagai bagian dari kelompok yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan. Saat ini kita memang sudah melihat manusia sebagai bagian dari suatu organisasi dengan cara yang berbeda. Para pakar mengatakan bahwa manusia dalam perusahaan sekarang merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting yaitu sumberdaya manusia diantara sumberdaya-sumberdaya yang lain yang dimiliki perusahaan. Dilain pihak kita masih ingat istilah the man behind the gun. Mengapa the man behind the gun ? Mengapa tidak the gun in front of the man ? Disini kita bisa menterjemahkan bahwa manusia diberikan posisi lebih penting. Faktor manusia dikedepankan dibandingkan dengan senjata atau alat yang merupakan juga salah satu sumber daya dalam perusahaan. Kita juga tahu bahwa senjata yang hebat sekalipun apabila tidak ada manusia yang menjalankannya maka senjata itu tidak membawa manfaat apa-apa. Senjata yang hebat tentunya hanya akan bisa dioperasikan oleh orang-orang yang hebat juga yang mampu memahami dan mengambil manfaat dari kehebatan senjata tersebut. Ini berarti bahwa senjata sederhana masih lebih baik apabila dioperasikan oleh orang-orang yang tahu memanfaatkan senjata tersebut dibandingkan senjata canggih yang digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan memadai untuk bisa memahami dan memanfaatkan kecanggihan senjata tersebut. Dengan demikian kita akan bisa menjawab pertanyaan ; apabila kita ingin meningkatkan hasil, mana yang kita perbaiki lebih dahulu , alatnya ( …yang berarti sumber daya yang lain …) ataukah orangnya yang diperbaiki dulu ? Tentunya lebih masuk logika apabila kita melakukan perbaikan terhadap manusianya dulu karena dengan manusia yang baik maka kekurangan sumberdaya bisa diupayakan oleh manusia yang memiliki kemampuan baik.
Marilah kita sejenak kembali kepada pertanyaan awal yaitu mengapa manusia sebagai makhluk pilihan masih tetap melakukan berbagai kesalahan dan kekeliruan yang tidak mencerminkan kehebatannya ? Mengapa masih banyak terjadi persoalan-persoalan yang berat akibat dari kelemahan pada sector manusia yang sering kita sebut sebagai human error ? Disini akhirnya kita harus mengakui bahwa kehebatan manusia terletak disisi potensi yang dimiliki. Manusia memang memiliki potensi yang luar bisaa dalam dirinya baik fisik maupun mental. Namun semuanya itu adalah baru potensi. Artinya kalau potensi itu tidak digali dikembangkan digunakan dan dipelihara , maka semuanya akan tetap tinggal hanya sebagai potensi. Dengan berjalannya waktu ada manusia yang berhasil menggali dan mengembangkan potensinya sehingga mereka menjadi hebat pintar dengan fisik yang bagus otak yang cerdas. Memang dimungkinkan bahwa proses penyaringan terlahirnya manusia tidak berjalan dengan baik sehingga tetap muncul manusia-manusia yang dari lahirnya sudah merupakan produk cacat. Namun cacat ini tentunya bukan karena kesalahan penciptaan tapi pencipta kita tentunya tahu bahwa didunia juga diperlukan adanya produk-2 yang cacat yang akan melengkapi perjalanan hidupmanusia untuk mencapai tujuannya.
Dari pemikiran diatas maka masuk akal bahwa hanya manusia-manusia tertentu saja yang berhasil lebih baik dalam hidupnya karena mereka telah menggali , mengembangkan dan menggunakan potensi yang dimilikinya. Dengan cara bagaimana ? Tentunya dengan mengasah otot-otot fisiknya maupun otot-otot mentalnya , sehingga mereka memiliki otot yang kuat dan pemikiran yang cerdas.
III. Meningkatkan kinerja melalui pengembangan Sumber daya Manusia.
Kita sudah membahas mengapa SDM menjadi salah satu Sumber daya yang sangat penting diantara berbagai sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya lain yang hebat tidak akan memberikan manfaat apa-apa tanpa didukung oleh SDM yang baik yang mampu menggunakan berbagai sumber daya lain yang dimiliki perusahaan. Standard Internasional untuk peningkatan kinerja perusahaan yaitu ISO 9000 versi 2000 yang merupakan standard basic bagi perusahaan , mempersyaratkan kompetensi yang memadai bagi seorang karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya yang dibuktikan dengan adanya sertifikat ataupun pengalaman dalam bidangnya. Didalam negeri kita sudah mulai menyadari bahwa produk-produk konstruksi memiliki mutu dibawah yang dipersyaratkan , terbukti dari banyaknya kegagalan bangunan. Munculnya Undang-undang Jasa Konstruksi mengisyaratkan pentingnya seluruh unsur yang terkait dengan kegiatan jasa konstruksi memiliki kecakapan untuk melaksanakan pekerjaannya , sehingga tenaga konstruksi berbondong-bondong mencari sertifikat melalui pelatihan-pelatihan untuk sertifikasi. Pegawai Negeri dipersyaratkan untuk tidak cukup hanya memiliki gelar sarjana untuk bisa naik pangkat ke jenjang yang tertinggi. Ramailah para pegawai mencari gelar supaya bisa naik pangkat bahkan ada yang tanpa kuliah juga maunya dapat gelar. Tentunya bukan ini yang dimaksud. Seseorang yang telah berhasil melalui proses pembelajaran ketingkat yang lebih tinggi diharapkan tentunya akan memiliki kompetensi yang lebih tinggi sehingga memberikan output yang lebih baik.
Konsep balanced scorecards mendasari pendekatannya dengan 4 perspektif yang diawali dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap human capital. Perusahaan tidak akan berhasil melakukan kegiatannya dengan baik apabila human capitalnya tidak kompeten dan tidak punya motivasi. Sehingga orang-orang yang tidak punya kemampuan dan tidak punya motivasi dalam perusahaan sebetulnya bukan human capital malahan mereka menjadi beban perusahaan yang akhirnya menghambat laju kecepatan gerak perusahaan untuk mencapai target kinerjanya. Dengan pendekatan Balanced score cards apabila kita ingin memulai perbaikan dalam perusahaan pertama-tama yang kita lakukan ialah meningkatkan kemampuan serta komitmen dari karyawan. Kalau proses ini tidak kita lakukan maka proses bisnis kita tidak akan berjalan baik , pelanggan tidak puas dan kinerja perusahan menurun. Ketiga perspektif yang pertama dari balanced scorecards yaitu , perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Human capital , perspektif proses bisnis internal dan perspektif pelanggan adalah merupakan faktor pemicu yang sesungguhnya dari kinerja perusahaan.
Kompetensi dan Motivasi SDM tentunya haruslah dimiliki oleh semua jajaran sampai ke top management. Oleh karena itu walaupun dalam konsep Malcolm Baldrige kriteria penilaian perusahaan yang pertama adalah kepemimpinan yang memiliki bobot cukup besar yaitu 12 % dibandingkan dengan kriteria SDM yang hanya 8.5 %. Namun kepemimpinan yang efektif tentunya dijalankan oleh SDM yang punya kemampuan dan komitmen. Dalam pendekatan Balanced scorecards maka kepemimpinanlah yang akan mengelola real driver atau pemicu kinerja perusahaan. Dengan analogi daya ungkit maka seorang pemimpin yang efektif bisa melipatgandakan kinerja perusahaan melalui kekuatan atau daya ungkit yang terletak pada faktor SDM , proses bisnis dan kepuasan pelanggan. Dengan pendekatan Lean six sigma , pemimpin yang efektif mampu membentuk team yang berorientasi kepada perbaikan sistem dengan menghilangkan setiap pemborosan dalam proses sehingga bisa memberikan nilai tambah dan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan sekelompok pasukan khusus yang berkualitas yang mampu menjadi motor penggerak dalam rangka mengidentifikasi proses-proses yang tidak memberikan nilai tambah serta tingginya variasi dalam proses yang menurunkan efisiensi. Kesimpulan singkat dari diskusi kita diatas ialah , apabila kita ingin memperbaiki kinerja perusahaan mulailah dengan menggarap human capital terlebih dahulu. Perlu waktu memang dan dampaknya tidak instant tetapi dalam jangka panjang kita akan memiliki perusahaan yang secara struktural memang kuat. Silakan mencoba !
>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar