Yesterday Beatles

Minggu, 11 Oktober 2009

CARA CEPAT MEMOTRET KONDISI PERUSAHAAN.

Alkisah Prabu Yudistira yang arif berkenan untuk mengetahui keadaan kehidupan rakyat Amarta dibawah kepemimpinannya. Konon sang prabu menyaru sebagai rakyat biasa dan membaur bersama mereka disebuah dusun kecil sedikit agak jauh dari istana Amarta. Hari demi hari Yudistira yang hanya ditemani oleh dua orang ponggawa merasakan kehidupan dalam kesederhanaan di pedusunan. Bagi Yudistira hal seperti ini tidak terlalu merepotkan , mengingat sebelumnya tatkala Pandawa berhasil menyelamatkan diri dari kebakaran pesanggrahan di Wanamarta , Yudistira bersama saudara-saudaranya dan Dewi Kunti menyembunyikan diri di hutan dengan kehidupan yang sangat sederhana.
Dalam waktu tidak lama Yudistira berhasil mendapatkan gambaran tentang kehidupan rakyat Amarta. Pada dasarnya Yudistira cukup gembira dengan keadaan kesejahteraan rakyatnya. Namun demikian setelah kembali ke istana , Yudistira masih berpikir bagaimana cara memperatahankan keadaan yang sudah baik ini di kemudian hari. Seorang ponggawa diutus ke padepokan Karang Tumaritis untuk menjemput Ki Lurah Semar. Petruk , Gareng dan Bagong yang sedang memancing ikan di kolam di belakang padepokan diajak serta oleh Ki Lurah Semar ke istana Amarta.
“Kakang Semar , ada sesuatu yang sedang mengusik pikiran saya saat ini. Saya ingin minta bantuan Kakang !”
“Ah , ngeran ! Hamba siap menerima apapun perintah dari Gusti Prabu “. Petruk , Gareng dan Bagong ikut mengiyakan.
“Begini kakang ,” Yudistira menceritakan kekhawatirannya akan perilaku para Kurawa yang senantiasa berupaya untuk menimbulkan masalah di kerajaan Amarta. “ Saya ingin tahu bagaimana sebetulnya kondisi perekonomian kita ini bisa senantiasa terdukung oleh hasil kerja Badan Usaha Milik Kerajaan dan Perusahaan Swasta yang lain serta Koperasi untuk masa-masa mendatang. Apakah kakang Semar bisa memberikan saran bagaimana cara saya mengarahkan para pembantu-pembantuku mengelola usaha di negeri ini.”
“ Gusti Prabu , sepanjang yang saya ketahui saat ini mereka sudah cukup baik mengelola harta kerajaan. Namun demikian kalau Gusti menanyakan tentang kelanjutannya di kemudian hari nampaknya kita harus minta pendapat para ahli yang tahu tentang masalah ini. Saya akan suruh Petruk , Gareng dan Bagong mencari informasi. Perkenankanlah hamba mengatur siasat lebih dahulu , nati hamba akan melaporkan hasilnya kepada Gusti Prabu. “ Ki Lurah Semar kemudian mohon pamit untuk kembali ke Karang Tumaritis. Tanpa membuang waktu kemudian Semar dengan kesaktiannya meniupkan ajiannya kepada ketiga anak-anaknya. Tugas yang diberikan kepada Petruk , Gareng dan Bagong adalah berkelana kembali ke masa depan untuk menemui para ahli yang bisa di minta pendapatnya tentang telaah suatu perusahaan. Dalam sekejap Petruk , Gareng dan Bagong lenyap melesat dengan kecepatan jutaan kali kecepatan cahaya menembus ruang dan waktu meninggalkan Karang Tumaritis.

Tak lama kemudian Petruk berhasil menemui kelompok McKinsey. Setelah basa basi perkenalan dan lain-lain , akhirnya sampailah mereka berbicara tentang maksud kedatangan para punakawan Amarta. Dengan bahasa sederhana kelompok McKinsey kemudian menjelaskan konsep 7S-nya yang beberapa waktu yang lalu sering dibicarakan di Sekolah-sekolah bisnis diseluruh dunia. Untuk mendapatkan gambaran tentang postur suatu organisasi atau perusahaan , S yang pertama yang paling menentukan adalah yang disebut sebagai shared value atau nilai-nilai perusahaan yang telah disepakati bersama sebagai piranti lunak yang utama dalam suatu organisasi atau perusahaan. Ketidak sepakatan tentang shared value menjadi ukuran yang pertama yang mengindikasikan ketidak jelasan masa depan perusahaan. Piranti lunak yang kedua adalah style atau gaya , artinya semua karyawan dalam perusahaan berpikir dan bertindak dengan cara yang sama. Misalnya semua karyawan Muka Donato tersenyum kepada pelanggan , dan karyawan Aibeem bertindak sangat profesional. Piranti lunak yang ketiga adalah staff , artinya perusahaan memiliki staff yang cakap, yang dilatih dengan baik dan ditempatkan pada penugasan yang tepat. Berikutnya adalah Skill atau ketrampilan , artinya bahwa semua staff yang ada memiliki ketrampilan dan keahlian yang cukup untuk melaksanakan pekerjaannya sehari-hari dan menjalankan strategi perusahaan.. Apabila 4 S yang pertama yang merupakan piranti lunak terdeteksi dikelola secara baik, maka biasanya perusahaan lebih berhasil dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Selanjutnya 3 S yang terakhir mencerminkan piranti keras perusahaan yaitu Strategi , struktur dan system.
Demikianlah konsep 7 S McKinsey dijelaskan dengan berbagai contoh praktek dilapangan di perusahaan-perusahaan pada milenium kedua. Singkat kata walaupun ada beberapa hal yang tidak bisa dipahami dengan baik oleh para punakawan Amarta karena perbedaan bahasa , namun mereka masih bisa mempertanyakan beberapa hal yang masih menjadi persoalan, antara lain tentang sudut pandang McKinsey yang terkesan beranggapan bahwa lingkungan luar perusahaan tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Bagong melihat bahwa pengalaman selama ini mereka berhadapan dengan kerabat kaum Kurawa , banyak sekali praktek-praktek strategi dan taktik yang agak licik diterapkan dalam upaya memperburuk situasi di Amarta. Oleh karena itu ia merasa perlu untuk mendapatkan opini kedua bagi pendapat McKinsey. Hal ini diiyakan oleh Petruk dan Gareng yang mengusulkan untuk mencoba menggali informasi dari praktek-praktek pada masa yang lain. Setelah beberapa pertanyaan yang diklarifikasi dari kelompok McKinsey , putra-putra Lurah Semar kemudian mohon pamit melanjutkan perjalanan melaksanakan misi pencarian informasi. Perjalanan berikutnya membawa para punakawan Amarta menuju kediaman salah seorang kritikus konsep McKinsey yaitu Richard D’Aveni. Kepada Richard D’Aveni putra-putra Lurah Semar mempertanyakan pendapatannya tentang Konsep McKinsey. Masih dengan konsep 7 S Richard D’Aveni menceritakan tentang kondisi lingkungan bisnis yang sudah sangat hiperkompetitif , dimana tidak ada suatu perusahaanpun yang memiliki keunggulan absolut terhadap para pesaingnya. Konsep McKinsey bagi Richard terkesan mencerminkan kondisi statis dimana proses pembentukan piranti lunak ini memerlukan waktu yang lama sedangkan situasi pasar bergerak terus penuh dengan kekacauan. Upaya mempertahankan competitive advantage justru akan menjadi bumerang mengingat siklus waktu penetrasi pasar semakin pendek.


Siklus yang umum terjadi pada suatu kegiatan operasional perusahaan dimulai dari tahapan launching , exploitation dan kemudian dihadapkan pada counter attack. Siklus yang panjang dan lama memungkinkan kita mempertahankan suatu competitive advantage , karena cukup lama kita bisa menikmati tahapan panen selama masa eksploitasi sebelum menerima serangan balik dari kompetitor. Namun dengan semakin memendeknya periode suatu siklus akan memaksa kita segera mengantisipasi dengan competitive advantage yang baru. Bahkan belum sempat kita tidur nyenyak menikmati panen sudah keburu di-counter attack oleh kompetitor kita. Kemampuan pengembangan dari proses R&D memungkinkan para pesaing untuk segera merespons terhadap strategi perusahaan.





Richard memperkenalkan Konsep 7 S yang baru, dimana perusahaan sekarang dihadapkan kepada pasar yang bergejolak. Oleh karena itu kemampuan perusahaan bisa dilihat dari 3 kelompok utama, yaitu

1. Kelompok yang menyangkut Visi terhadap gejolak pasar yaitu kemampuan perusahaan mengidentifikasi dan menciptakan peluang untuk keunggulan temporer melalui pemahaman atas 2 S yang pertama yaitu
a. Stakeholder Satisfaction (tidak lagi customer saja yang perlu dipuaskan tetapi berkembang bahwa semua pihak yang berkepentingan harus dipuaskan kebutuhannya). Dan
b. Strategic soothsaying (upaya kreativitas melihat kedepan untuk hal-hal yang strategis) yang diarahkan pada identifikasi hal-hal baru untuk penanganan dan pelayanan customer-customer yang ada dengan lebih baik atau customer baru yang belum terlayani oleh siapapun juga.
2. Kelompok S yang kedua yaitu kemampuan menghadapi gejolak pasar (Capacity for disruption) yang mempertahankan momentum melalui pengembangan kemampuan yang fleksible untuk speed & surprise yang dapat diaplikasikan dalam bentuk langkah-langkah untuk membangun sederetan keunggulan-keunggulan temporer.
3. Kelompok S yang ketiga yaitu tactic for disruption yang mencari inisiatif untuk mendapatkan keunggulan melalui, shifting the rules (mengganti medan persaingan disesuaikan dengan keunggulan perusahaan), signaling (memberi tanda-tanda untuk mempengaruhi interaksi-interaksi strategis dinamis dimasa yang akan datang. Melaksanakan simultaneons dan sequential strategic thrusts (memborbandir pasar dengan serangan simultan dan terus-menerus) melalui langkah-langkah yang membangun, membentuk pengaruh terhadap arah atau sifat-sifat respons pesaing.

Konsep-konsep yang didapatkan oleh keluarga Karang Tumaritis dicatat baik-baik sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Lurah Semar. Hingga saat ini Konsep Richard D’Aveni masih sangat relevan untuk diterapkan dalam upaya mendapatkan gambaran tentang postur suatu perusahaan. Kisah perjalanan putra-putra Lurah Semar sementara diakhiri lebih dulu mengingat pesan Ki Lurah Semar untuk segera bisa memberikan informasi kepada Prabu Yudistira. Sekembalinya para-para Ki Lurah Semar ke padepokan Karang Tumaritis tanpa membuang waktu. Petruk, Gareng dan Bagong langsung diajak menghadap Prabu Yudistira. Satu persatu sang Prabu mendengarkan penjelasan dari para punakawannya. Beliau berjanji untuk mempelajari Konsep-konsep masa depan yang segera akan dicoba digunakan untuk melihat kondisi badan-badan usaha di Indraprasta. Konon karena kearifan Sang Prabu palaksanaan Konsep-konsep baru membawa Amarta menjadi negara yang makmur dan sejahtera yang justru menimbulkan persoalan baru dengan Astinapura dan memicu perang Barata yang terkenal dengan “Bratayudha”. Bumi berputar, alam semesta bergerak tanpa henti, persoalan muncul silih berganti. Inilah kenyataan yang harus kita terima !!

Tidak ada komentar: