Yesterday Beatles

Senin, 12 Oktober 2009

4 Point motivator


Saat break dalam sebuah meeting di kantor , teman ngobrol saya menyampaikan 4 point untuk memotivasi semangat kita , yang sumbernya entah darimana dia lupa yaitu.......
Point yang pertama adalah keinginan atau cita-cita setinggi-tingginya , yang akan kita raih.
Point kedua adalah memiliki kerendahan hati dalam menghadapi kehidupan ini.
Point ketiga adalah kita harus bekerja keras dan pintar , hard and smart.
Point yang keempat adalah kesyahduan doa.
Silakan dihayati semoga bermanfaat
>

Minggu, 11 Oktober 2009

JANGAN ABAIKAN HAL-HAL YANG KECIL

Para pembaca yang arif dan bijaksana saya masih ingat tatkala bayi kecil saya yang baru berumur beberapa bulan menangis keras dan saya tidak tahu harus berbuat apa karena kebetulan ibunya sedang pergi. Sudah saya upayakan saya bopong saya ayun-ayun kesana kemari anak saya tetap menangis dan malah semakin keras. Saat itu kebetulan saya baru pindah dari luar Jawa dan masih indekost dirumah seorang perwira tinggi POLRI di Bandung.
Dan pada saat saya kebingungan mendadak terlihat oleh saya di meja ada buah papaya yang sudah diiris-iris dan diberi gula dan jeruk nipis sisa sarapan pagi yang belum dimakan. Dengan tangkas saya kemudian membaringkan bayi saya kembali dalam keadaan masih menangis dan dengan sendok kecil yang ada dipiring kecil papaya itu saya minumkan air jeruk papaya langsung kemulut bayi saya yang masih menangis. Satu sendok kecil masih belum menghentikan tangisnya namun nampaknya langsung mulai terasakan asupan rasa manis dibibirnya.
>

Sendok-sendok berikutnya ternyata ajaib telah berhasil meredakan tangis bayi saya yang pada sendok terakhir membuatnya tertidur kembali. Dengan penuh persaan lega saya melihat bayi saya tertidur pulas , dan ternyata itu hanya berkat beberapa sendok teh air jeruk manis penyedap pepaya.
Para pembaca yang arif dan bijaksana , dalam kehidupan kadangkala kita bisa menemui hal yang secara analogi mirip dengan cerita saya diatas. Persoalan-persoalan besar ternyata telah dipecahkan dengan melalui langkah-langkah sederhana dengan materi dan sarana yang ternyata berada tidak jauh dari sekitar kita.
Dalam kehidupan yang telah diciptakan oleh sang pencipta kita yang sungguh maha segala-galanya , tujuan telah tergariskan dan untuk mencapai tujuan itu telah disediakan segala sarana dan prasarana baik didalam tubuh jiwa dan raga kita ataupun disekeliling kita.

Para pembaca sekalian implikasi dari pembahasan kita diatas membawa kita pada pemikiran bahwa apapun persoalan yang kita hadapi dan dalam kondisi apapun saat ini kita tidak perlu terlalu risau karena secara ekstrim bahkan setetes airpun bisa jadi merupakan hal kecil dan sederhana yang menjadi mata rantai pemecahannya.
Selanjutnya sebagai kesimpulan dan saran pertama adalah memang benar kita senantiasa menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupun ini. Dan persoalan itu ada karena kita hidup dan selagi kita masih hidup maka persoalan adalah bagian dari kehidupan yang normal. Orang yang selama hidupnya tidak pernah punya persoalan maka orang ini termasuk kategori orang yang bermasalah sebagai orang yang tidak normal. Artinya perlu disukuri kalau kita menghadapi persoalan karena itu adalah tanda-tanda kehidupan. Hal yang kedua ialah bahwa nampaknya kita harus jeli melihat segala sesuatu yang ada disekeliling kita atau bahkan yang ada didalam diri kita secara fisik maupun mental. Kita haruslah menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang tidak ada manfaatnya atau bahkan justru yang kelihatannya tidak ada manfaatnya ternyata itu merupakan bagian dari jawaban atas persoalan yang kita hadapi.

Menurut Ralph Waldo Emerson apa yang ada dihadapan kita dan apa yang di belakang kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang ada dalam diri kita. Artinya potensi persoalan apapun yang harus kita hadapi dan persoalan-persoalan yang telah kita lalui sebetulnya adalah masalah kecil dibandingkan atas potensi jawaban yang tersedia dalam diri kita. Marilah sama-sama kita buktikan apa yang disampaikannya. Wassalam.

UPAYA PENYELAMATAN PERUSAHAAN , SIAPA YANG BERPERAN ?

Masih ingat adegan saat-saat terakhir menjelang tenggelamnya kapal Titanic? Didalam film digambarkan berbagai perilaku dan sikap masing-masing individu pada saat menghadapi kritis. Tentu saja dalam kenyataannya berbagai hal bisa terjadi. Berbagai sikap akan terlihat menunjukkan sifat-sifat asli manusia sebenarnya.
Dalam film Towering inferno situasi ini digambarkan agak lebih lengkap. Luar biasa ! Walaupun musibah yang dihadapi sangat berbeda. Yang satu air dan satunya lagi api. Saya sendiri pernah mengalami saat terjebak dalam lift yang overload menyebabkan pintu tidak bisa dibuka. Saat itu kami yang merupakan rombongan karya siswa dinegeri orang menghadapi saat menegangkan karena ulah ketidak-disiplinan kami sendiri.
Saya perhatikan perilaku masing-masing orang pada saat itu. Yang paling menonjol adalah pertentangan saling menyalahkan satu sama lain. Namun demikian ada juga yang dengan sabar menenangkan kami untuk tidak panik tetapi mencari akal untuk menyelamatkan diri. Wow, sungguh melegakan disaat-saat demikian sulit masih ada yang berpikiran jernih untuk keselamatan bersama !
Kalau masih ada barangkali nenek moyang kita yang mengalami masa-masa jaya sebagai negara kelautan tentunya akan mengingatkan bahwa berbahagialah kita dilahirkan di bumi Indonesia yang dari dulunya adalah memang negara maritim. Budaya bahari diharapkan akan banyak memberikan inspirasi terhadap gaya kepemimpinan di negara kita tercinta ini.
Di lautan yang luas kita dituntut untuk berwawasan jauh kedepan sampai batas cakrawala nun jauh disana.Kita harus pandai-pandai membaca tanda-tanda zaman. Kita harus kritis menangkap isyarat karena badai datang sering kali tanpa diduga. Konon diatas kapal kita dituntut untuk memiliki perhitungan akurat. Ditengah samudra nan luas kita tidak bisa mampir dibengkel untuk membetulkan mesin.
Ditengah badai yang dahsyat kita tidak bisa minta tolong kepada orang lain. Kita harus menolong diri sendiri. Jadi kita dituntut untuk mandiri. Suatu hal yang wajar. Kita tidak bisa menghindari amukan badai dan topan. Kita justru harus mau tidak mau terpaksa menghadapinya. Mau lari kemana ? Ringkas kata budaya laut adalah kemandirian, keberanian , akurasi, kecermatan dan kecepatan bertindak , kepercayaan , kebersamaan. Budaya laut adalah budaya lebih banyak mendengar , arif mendengar bisikan dan pandai membaca tanda-tanda. Sekarang bagaimana kita menyelamatkan diri dari serangan badai yang melanda kita saat ini ? Dengan pola pikir teramat sederhana kita bisa mengatakan bahwa dunia selamat bila seluruh negara selamat. Negara selamat apabila semua unsur yang mendukung kelangsungan hidup negara juga selamat. Marilah kita teropong dengan lingkup lebih spesifik. Agar negara selamat maka semua usaha yang dilakukan oleh ketiga soko guru ekonomi kita haruslah selamat. BUMNnya, swastanya , koperasinya haruslah selamat. Perusahaan selamat apabila semua masyarakat atau karyawan selamat. Sebaliknya tentunya karyawan selamat bila perusahaan tetap berjalan. Dimasa-masa sulit seperti ini Lembaga Menteri negara pemberdayaan BUMN berperan strategis dalam rangka meningkatkan kontribusi BUMN terhadap perekonomian nasional. Apalagi sosok personil dibelakangnya dengan latar belakang pengalamannya yang luas dibidangnya merupakan figur yang diharapkan bisa memberikan hasil yang maksimal sebagaimana yang kita damba-dambakan. Disaat-saat awan gelap menggelantung diatas kita, tumpuan dan harapan karyawan hanyalah tertuju kepada tempat mereka Masalah bekerja saat ini. Maklum cari kerja ditempat lain adalah suatu hal yang sulit kalau tidak boleh dibilang tidak mungkin. Dengan demikian tentunya tidak ada pilihan lain bagi karyawan selain berjuang mati-matian mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Pada saat seperti itu tentunya merupakan saat yang tepat bagi perusahaan untuk memotivasi karyawan agar mau berpartisipasi aktif bersama-sama berpikir agar dapur tetap berasap ! (Catatan : pada umumnya masih banyak perusahaan yang tidak berpikir positif merangkul karyawan untuk bertahan hidup , bahkan karyawan justru ditakut-takuti dengan kemungkinan PHK yang tidak bisa dihindarkan. Akibatnya bukan kontribusi pemikiran jalan keluar yang diperoleh perusahaan melainkan justru sumpah serapah dan doa jelek untuk perusahaan dari karyawan yang berada pada posisi lemah). Demikian juga bagi karyawan tentunya saat-saat sekarang adalah saat-saat yang tepat untuk bersikap proaktif, memikirkan jalannya perusahaan. Karyawan yang reaktif akan mengatakan ; "Mengapa kita mesti memikirkan perusahaan , toh perusahaan belum tentu memikirkan kita- ! ". Karyawan yang proaktif akan mengatakan ; " Apapun yang dilakukan perusahaan, saya harus tetap berjuang mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Bukan orang lain yang memikirkan kita tetapi harus kita sendirilah berinisiatif mempertahankan periuk nasi kita !" Mengevaluasi perkembangan usaha. Evaluasi terhadap suatu perkembangan usaha adalah suatu hal yang wajar untuk dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh usaha tersebut memperoleh kemajuan. Upaya evaluasi ini sebetulnya tidak hanya dilakukan pada saat suatu usaha mengalami masaalah namun akan semakin dirasa kebutuhannya pada saat kita mengalami masaalah yang berat. Evaluasi secara rutin adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya masaalah yang berat dikemudian hari. Pola pikir ini kita kembangkan dengan berlandaskan atas konsep pemikiran First Thing First karya Stephen Covey. Pola pikir ini mencoba meneropong lebih jelas mengenai pilihan kegiatan yang mana yang lebih didahulukan antara penting tidak mendesak atau mendesak tetapi tidak penting. Tentu saja terlebih dahulu kita harus bisa membedakan mana yang penting dan mana yang mendesak. Penting bisa didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana sesuatu kegiatan akan berpengaruh terhadap misi atau visi kita, nilai kita , tujuan prioritas kita. Tujuan prioritas kita hendaknya memandang segala pihak secara seimbang. Tidak ada tujuan yang mementingkan perusahaan saja, atau mementingkan karyawan saja atau pihak lain yang berkepentingan terhadap tercapainya tujuan tersebut. Semuanya hams dianggap sebagai pertimbangan yang sama tingkatannya. Dengan demikian maka tujuan tersebut akan memiliki nilai yang tinggi. Pengertian mendesak adalah suatu situasi atau kondisi yang memerlukan perhatian segera. Apabila kita mendahulukan hal yang mendesak tetapi tidak penting maka lambat atau cepat kita akan sampai pada tahapan dimana semuanya menjadi penting dan,­mendesak. Kegiatan yang mencerminkan situasi yang penting dan mendesak adalah krisis, masaalah yang mendesak, kegiatan yang digerakkan oleh batas waktu. Ini akan berakibat timbulnya stress, keletihan, manajemen krisis, selalu memadamkan krisis. Sedangkan apabila kita berorientasi kepada hal-hal yang penting meskipun tidak mendesak yang berhubungan dengan hal-hal seperti membina hubungan, menulis misi pribadi, perencanaan jangka panjang, pelatihan, pemeliharaan pencegahan, persiapan , semua hal yang kita tahu perlu kita kerjakan ,tetapi entah bagaimana jarang kita lakukan karena tidak mendesak. Kita ingat kata-kata Peter Drucker yang mengatakan bahwa orang yang efektif adalah orang yang pikirannya tertuju pada peluang, bukannya tertuju pada masaalah. Mereka memberi makan peluang dan membuat lapar masaalah serta berpikir preventip. Dengan pola pikir seperti tersebut diatas maka jelas bahwa tindakan evaluasi secara rutin akan menghindarkan kita berakhir pada situasi yang krisis tanpa kita sadari. (lngat Boiling frog phenomenon - Fenomena Kodok dalam air mendidih ; seekor katak yang dicemplungkan kedalam air mendidih akan loncat keluar dengan cepat, tetapi kalau katak tersebut kita masukkan kedalam air dingin kemudian dipanaskan sampai mendidih maka katak tersebut akan tetap tinggal dalam air sampai mati tanpa disadarinya). Postur strategis perusahaan. Untuk bisa mengevaluasi suatu kegiatan usaha maka kita harus mulai dengan membuat suatu gambaran atau postur strategis perusahaan. Kita mencoba meneropong perusahaan dengan mengidentitikasikan semua variabel strategis yang ada. Yang kita lihat tidak hanya sekedar kinerja atau hasil. Tetapi terlebih kita harus melihat semua variabel yang lebih mendasar. Kinerja hanya mencerminkan situasi jangka pendek yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sedangkan efektititas variabel yang lain yang lebih filosofis akan kita lihat sebagai suatu hal yang akan berpengaruh terhadap kinerja jangka panjang.
Dengan kata lain kinerja pada suatu saat hanya mencerminkan kondisi perusahaan secara situasional sedangkan peneropongan terhadap variabel-variabel yang lebih kehulu secara filosofis akan memberikan gambaran kondisi perusahaan secara struktural yang berdampak jangka panjang. Oleh karena itu Corporate Plan tidak berarti apa-apa, yang penting adalah Corporate Planning. Kinerja suatu perusahaan yang umumnya untuk BUMN digambarkan secara kuantitatif dengan Nilai Key Performance Indicator lebih banyak memberikan bobot kepada aspek Keuangan dan operasional yang notabene adalah hasil akhir saja , sedangkan aspek pembelajaran dan kepuasan pelanggan bobotnya tidak terlalu besar. Artinya Konsep Balanced Scorecard yang melatarbelakangi penyusunan nilai KPI tidak diterapkan secara konsisten. Apa kata para pakar ? Terkait dalam masaalah ini kita memiliki landasan berpikir lama dan baru. Model lama adalah yang kita kenal dengan istilah Perencanaan Strategis Perusahaan atau Corporate Planning yang secara umum merujuk kepada 7 S dari McKinsey. Sedangkan yang baru adalah apa yang diuraikan dalam konsep Hiperkompetisi dari Richard d'Aveny. Konsep Hiperkompetisi ini sendiri belum begitu populer dikalangan awam bahkan tidak semua sekolah bisnis membuat rujukan kepada konsep tersebut. Demikian juga petunjuk penyusunan Rencana Jangka Panjang Perusahaan BUMN dari Departemen Keuanganpun masih belum menyinggung konsep hiperkompetisi. Dengan adanya konsep baru dari d'Aveny walaupun dirasakan ada beberapa perbedaan penekanan pendekatan oleh beberapa pakar, saya tetap berpendapat dua pendekatan ini tidaklah perlu terlalu bertentangan.
Kita masih bisa menjembatani dua alur pikir tersebut dengan mengkombinasikan pemikiran jangka panjang dalam Corporate Planning dan pemikiran yang berpusat pada Market Disruption (Kegoncangan Pasar). Bagaimanapun juga meskipun intensitas perubahan yang terjadi dipasar sedemikian besar kita tetap memerlukan suatu pemikiran yang berdampak jangka panjang. Target jangka panjang tetap harus kita buat sebagai tindakan yang strategis sedangkan langkah-langkah pendek simultan menjadi rangkaian taktik yang mendorong kita untuk mencapai suatu tujuan jangka panjang. Dengan demikian diharapkan untuk menentukan strategi perusahaan kita mulai dengan pendekatan Perencanaan Strategis dan kemudian kita elaborasi menggunakan pendekatan Hiperkompetisi. Proses perencanaan Strategis bisnis. Proses perencanaan strategis perusahaan sebagaimana sudah kita ketahui bersama diawali dengan perumusan Visi yang men-drive Misi perusahaan yang kemudian diikuti dengan Formulasi Tujuan (Objective) , kemudian Analisa SWOT, Formulasi Strategi, Formulasi program, Implementasi dan akhirnya diharapkan ada umpan balik dan pengendalian terhadap Analisis SWOT , Objective, Strategy, Program dan Implementation. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan dari sejak awal oleh kualitas formulasi Visi dan Misi. Ini pada akhirnya akan membentuk budaya yang kuat yang adaptif (sekali lagi jangan lupa yang adaptif, karena menurut John P.Kotter dan James L. Heskett , budaya kuat yang sesuai saja tidak cukup tetapi haruslah fleksibel dan adaptif) yang bisa mendrive kinerja perusahaan menuju pencapaian tujuan. Konsep 7 Ss McKinsey. McKinsey menyimpulkan bahwa Nilai Bersama (Shared Value) memiliki posisi yang sangat sentral. 3 S yang pertama yang merupakan perangkat keras perusahaan adalah Strategi, Struktur dan Sistem. Sedangkan 4 berikutnya yaitu Shared Value, Skill, Staff dan Style merupakan perangkat lunak. Menurut McKinsey , kalau perangkat lunak ini ada maka perusahaan biasanya lebih berhasil dalam pelaksanaan. Secara umum apabila kita ingin membuat semacam analogi antara pola pikir McKinsey dan d' Aveny maka Market disruption yang merupakan pusat perhatian dari d' Aveny akan menggantikan kedudukan Shared Value dari konsep McKinsey. Menurut d'Aveny nilai bersama yang berkonotasi jangka panjang digantikan oleh situasi pasar yang senantiasa berubah. Namun menurut penulis tidak sepenuhnya konsep McKinsey bermakna permanen selamanya. Bagaimanapun Misi atau Visi bahkan tujuan perusahaan bisa setiap saat di update tergantung pada tinjauan SWOT analysis yang setiap saat bisa dilakukan. Apabila tujuan perusahaan tidak terdukung oleh kenyataan evaluasi hasil SWOT Analysis maka tentunya tidak ada gunanya mempertahankan strategi yang telah dirumuskan dalam Corporate Plan ! Sampai tahap ini kita bisa melihat bahwa tidak ada perbedaan yang terlalu mendasar antara konsep McKinsey dan d'Aveny.
Shared value adalah nilai yang setiap saat harus bisa dibentuk kembali karena berdasarkan penelitian Kotter dan Heskett budaya yang mendukung kinerja adalah budaya yang sesuai tetapi juga adaptif terhadap pengaruh lingkungan. Perusahaan dalam kurun waktu tertentu dengan budaya kuat yang sesuai berkinerja baik tetapi terbukti beberapa waktu kemudian mengalami penurunan karena budaya tersebut tidak bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Dengan demikian maka penyusunan Rencana Jangka Panjang perusahaan bagaimanapun tetap bisa diambil manfaatnya. Hanya saja dalam hal ini ada beberapa pokok pikiran d'Aveny yang bisa kita garis bawahi bahwa bagaimanapun kita tetap harus berorientasi kepada pasar. Keberhasilan suatu bisnis di wujudkan dalam bentuk kemampuan perusahaan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk menghadapi ancaman maupun peluang yang ada diluar.
Kita tidak bisa mengatur peluang yang ada diluar , pasarlah yang akan mengatur kita. Oleh karena itu perusahaan harus bisa dengan jelas merumuskan keinginan semua stake holder, mengambil langkah mencari peluang strategis, dengan mengandalkan kecepatan dan kejutan-kejutan, menentukan medan persaingan yang diinginkan , pandai-pandai membaca signal/tanda-tanda, mengambil langkah strategis yang berkesinambungan secara simultan. Sebagai bahan renungan dan catatan akhir , dengan maraknya konsep Blue Ocean strategy akhir-akhir ini nampaknya kita akan sangat dipengaruhi dalam proses Corporate Planning , karena tools-2 utama yang kita gunakan selama ini lebih condong kepada pemetaan posisi perusahaan dalam era kompetisi yang kemudian semakin chaos karena kita ternyata sudah masuk dalam era hiperkompetisi. Padahal konsep lautan biru bernada anti kompetisi. Wallahualam

MEMANUSIAKAN MANUSIA KONSTRUKSI.

I. Pokok Pikiran.
Konon manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dari makhluk lain. Dan manusia yang terlahirpun telah melalui proses penyaringan yang bukan main ketatnya. Dengan demikian semua manusia yang hidup didunia sebenarnya merupakan makhluk pilihan , makhluk terbaik dengan berbagai keunggulan dan kelemahannya. Namun kemudian menjadi suatu pertanyaan besar mengapa kita melihat begitu banyak kelemahan yang ditunjukkan oleh manusia. Begitu banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tadinya kita lihat sebagai orang-orang yang hebat. Memang benar bahwa baik atau buruk , bisaa atau hebat adalah pernyataan pikiran saja yang cenderung relatif tergantung darimana kita memandangnya , tergantung sudut pandang atau paradigma kita. Namun demikian marilah kita kaji kembali sejauh mana sebetulnya kehebatan manusia.II. Manusia ditengah lingkungannya.

Manusia adalah bagian dari suatu kelompok masyarakat. Dalam skala kecil manusia sebagai bagian dari kelompok yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan. Saat ini kita memang sudah melihat manusia sebagai bagian dari suatu organisasi dengan cara yang berbeda. Para pakar mengatakan bahwa manusia dalam perusahaan sekarang merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting yaitu sumberdaya manusia diantara sumberdaya-sumberdaya yang lain yang dimiliki perusahaan. Dilain pihak kita masih ingat istilah the man behind the gun. Mengapa the man behind the gun ? Mengapa tidak the gun in front of the man ? Disini kita bisa menterjemahkan bahwa manusia diberikan posisi lebih penting. Faktor manusia dikedepankan dibandingkan dengan senjata atau alat yang merupakan juga salah satu sumber daya dalam perusahaan. Kita juga tahu bahwa senjata yang hebat sekalipun apabila tidak ada manusia yang menjalankannya maka senjata itu tidak membawa manfaat apa-apa. Senjata yang hebat tentunya hanya akan bisa dioperasikan oleh orang-orang yang hebat juga yang mampu memahami dan mengambil manfaat dari kehebatan senjata tersebut. Ini berarti bahwa senjata sederhana masih lebih baik apabila dioperasikan oleh orang-orang yang tahu memanfaatkan senjata tersebut dibandingkan senjata canggih yang digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan memadai untuk bisa memahami dan memanfaatkan kecanggihan senjata tersebut. Dengan demikian kita akan bisa menjawab pertanyaan ; apabila kita ingin meningkatkan hasil, mana yang kita perbaiki lebih dahulu , alatnya ( …yang berarti sumber daya yang lain …) ataukah orangnya yang diperbaiki dulu ? Tentunya lebih masuk logika apabila kita melakukan perbaikan terhadap manusianya dulu karena dengan manusia yang baik maka kekurangan sumberdaya bisa diupayakan oleh manusia yang memiliki kemampuan baik.
Marilah kita sejenak kembali kepada pertanyaan awal yaitu mengapa manusia sebagai makhluk pilihan masih tetap melakukan berbagai kesalahan dan kekeliruan yang tidak mencerminkan kehebatannya ? Mengapa masih banyak terjadi persoalan-persoalan yang berat akibat dari kelemahan pada sector manusia yang sering kita sebut sebagai human error ? Disini akhirnya kita harus mengakui bahwa kehebatan manusia terletak disisi potensi yang dimiliki. Manusia memang memiliki potensi yang luar bisaa dalam dirinya baik fisik maupun mental. Namun semuanya itu adalah baru potensi. Artinya kalau potensi itu tidak digali dikembangkan digunakan dan dipelihara , maka semuanya akan tetap tinggal hanya sebagai potensi. Dengan berjalannya waktu ada manusia yang berhasil menggali dan mengembangkan potensinya sehingga mereka menjadi hebat pintar dengan fisik yang bagus otak yang cerdas. Memang dimungkinkan bahwa proses penyaringan terlahirnya manusia tidak berjalan dengan baik sehingga tetap muncul manusia-manusia yang dari lahirnya sudah merupakan produk cacat. Namun cacat ini tentunya bukan karena kesalahan penciptaan tapi pencipta kita tentunya tahu bahwa didunia juga diperlukan adanya produk-2 yang cacat yang akan melengkapi perjalanan hidupmanusia untuk mencapai tujuannya.
Dari pemikiran diatas maka masuk akal bahwa hanya manusia-manusia tertentu saja yang berhasil lebih baik dalam hidupnya karena mereka telah menggali , mengembangkan dan menggunakan potensi yang dimilikinya. Dengan cara bagaimana ? Tentunya dengan mengasah otot-otot fisiknya maupun otot-otot mentalnya , sehingga mereka memiliki otot yang kuat dan pemikiran yang cerdas.

III. Meningkatkan kinerja melalui pengembangan Sumber daya Manusia.

Kita sudah membahas mengapa SDM menjadi salah satu Sumber daya yang sangat penting diantara berbagai sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya lain yang hebat tidak akan memberikan manfaat apa-apa tanpa didukung oleh SDM yang baik yang mampu menggunakan berbagai sumber daya lain yang dimiliki perusahaan. Standard Internasional untuk peningkatan kinerja perusahaan yaitu ISO 9000 versi 2000 yang merupakan standard basic bagi perusahaan , mempersyaratkan kompetensi yang memadai bagi seorang karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya yang dibuktikan dengan adanya sertifikat ataupun pengalaman dalam bidangnya. Didalam negeri kita sudah mulai menyadari bahwa produk-produk konstruksi memiliki mutu dibawah yang dipersyaratkan , terbukti dari banyaknya kegagalan bangunan. Munculnya Undang-undang Jasa Konstruksi mengisyaratkan pentingnya seluruh unsur yang terkait dengan kegiatan jasa konstruksi memiliki kecakapan untuk melaksanakan pekerjaannya , sehingga tenaga konstruksi berbondong-bondong mencari sertifikat melalui pelatihan-pelatihan untuk sertifikasi. Pegawai Negeri dipersyaratkan untuk tidak cukup hanya memiliki gelar sarjana untuk bisa naik pangkat ke jenjang yang tertinggi. Ramailah para pegawai mencari gelar supaya bisa naik pangkat bahkan ada yang tanpa kuliah juga maunya dapat gelar. Tentunya bukan ini yang dimaksud. Seseorang yang telah berhasil melalui proses pembelajaran ketingkat yang lebih tinggi diharapkan tentunya akan memiliki kompetensi yang lebih tinggi sehingga memberikan output yang lebih baik.
Konsep balanced scorecards mendasari pendekatannya dengan 4 perspektif yang diawali dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap human capital. Perusahaan tidak akan berhasil melakukan kegiatannya dengan baik apabila human capitalnya tidak kompeten dan tidak punya motivasi. Sehingga orang-orang yang tidak punya kemampuan dan tidak punya motivasi dalam perusahaan sebetulnya bukan human capital malahan mereka menjadi beban perusahaan yang akhirnya menghambat laju kecepatan gerak perusahaan untuk mencapai target kinerjanya. Dengan pendekatan Balanced score cards apabila kita ingin memulai perbaikan dalam perusahaan pertama-tama yang kita lakukan ialah meningkatkan kemampuan serta komitmen dari karyawan. Kalau proses ini tidak kita lakukan maka proses bisnis kita tidak akan berjalan baik , pelanggan tidak puas dan kinerja perusahan menurun. Ketiga perspektif yang pertama dari balanced scorecards yaitu , perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Human capital , perspektif proses bisnis internal dan perspektif pelanggan adalah merupakan faktor pemicu yang sesungguhnya dari kinerja perusahaan.
Kompetensi dan Motivasi SDM tentunya haruslah dimiliki oleh semua jajaran sampai ke top management. Oleh karena itu walaupun dalam konsep Malcolm Baldrige kriteria penilaian perusahaan yang pertama adalah kepemimpinan yang memiliki bobot cukup besar yaitu 12 % dibandingkan dengan kriteria SDM yang hanya 8.5 %. Namun kepemimpinan yang efektif tentunya dijalankan oleh SDM yang punya kemampuan dan komitmen. Dalam pendekatan Balanced scorecards maka kepemimpinanlah yang akan mengelola real driver atau pemicu kinerja perusahaan. Dengan analogi daya ungkit maka seorang pemimpin yang efektif bisa melipatgandakan kinerja perusahaan melalui kekuatan atau daya ungkit yang terletak pada faktor SDM , proses bisnis dan kepuasan pelanggan. Dengan pendekatan Lean six sigma , pemimpin yang efektif mampu membentuk team yang berorientasi kepada perbaikan sistem dengan menghilangkan setiap pemborosan dalam proses sehingga bisa memberikan nilai tambah dan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan sekelompok pasukan khusus yang berkualitas yang mampu menjadi motor penggerak dalam rangka mengidentifikasi proses-proses yang tidak memberikan nilai tambah serta tingginya variasi dalam proses yang menurunkan efisiensi. Kesimpulan singkat dari diskusi kita diatas ialah , apabila kita ingin memperbaiki kinerja perusahaan mulailah dengan menggarap human capital terlebih dahulu. Perlu waktu memang dan dampaknya tidak instant tetapi dalam jangka panjang kita akan memiliki perusahaan yang secara struktural memang kuat. Silakan mencoba !

>

CARA CEPAT MEMOTRET KONDISI PERUSAHAAN.

Alkisah Prabu Yudistira yang arif berkenan untuk mengetahui keadaan kehidupan rakyat Amarta dibawah kepemimpinannya. Konon sang prabu menyaru sebagai rakyat biasa dan membaur bersama mereka disebuah dusun kecil sedikit agak jauh dari istana Amarta. Hari demi hari Yudistira yang hanya ditemani oleh dua orang ponggawa merasakan kehidupan dalam kesederhanaan di pedusunan. Bagi Yudistira hal seperti ini tidak terlalu merepotkan , mengingat sebelumnya tatkala Pandawa berhasil menyelamatkan diri dari kebakaran pesanggrahan di Wanamarta , Yudistira bersama saudara-saudaranya dan Dewi Kunti menyembunyikan diri di hutan dengan kehidupan yang sangat sederhana.
Dalam waktu tidak lama Yudistira berhasil mendapatkan gambaran tentang kehidupan rakyat Amarta. Pada dasarnya Yudistira cukup gembira dengan keadaan kesejahteraan rakyatnya. Namun demikian setelah kembali ke istana , Yudistira masih berpikir bagaimana cara memperatahankan keadaan yang sudah baik ini di kemudian hari. Seorang ponggawa diutus ke padepokan Karang Tumaritis untuk menjemput Ki Lurah Semar. Petruk , Gareng dan Bagong yang sedang memancing ikan di kolam di belakang padepokan diajak serta oleh Ki Lurah Semar ke istana Amarta.
“Kakang Semar , ada sesuatu yang sedang mengusik pikiran saya saat ini. Saya ingin minta bantuan Kakang !”
“Ah , ngeran ! Hamba siap menerima apapun perintah dari Gusti Prabu “. Petruk , Gareng dan Bagong ikut mengiyakan.
“Begini kakang ,” Yudistira menceritakan kekhawatirannya akan perilaku para Kurawa yang senantiasa berupaya untuk menimbulkan masalah di kerajaan Amarta. “ Saya ingin tahu bagaimana sebetulnya kondisi perekonomian kita ini bisa senantiasa terdukung oleh hasil kerja Badan Usaha Milik Kerajaan dan Perusahaan Swasta yang lain serta Koperasi untuk masa-masa mendatang. Apakah kakang Semar bisa memberikan saran bagaimana cara saya mengarahkan para pembantu-pembantuku mengelola usaha di negeri ini.”
“ Gusti Prabu , sepanjang yang saya ketahui saat ini mereka sudah cukup baik mengelola harta kerajaan. Namun demikian kalau Gusti menanyakan tentang kelanjutannya di kemudian hari nampaknya kita harus minta pendapat para ahli yang tahu tentang masalah ini. Saya akan suruh Petruk , Gareng dan Bagong mencari informasi. Perkenankanlah hamba mengatur siasat lebih dahulu , nati hamba akan melaporkan hasilnya kepada Gusti Prabu. “ Ki Lurah Semar kemudian mohon pamit untuk kembali ke Karang Tumaritis. Tanpa membuang waktu kemudian Semar dengan kesaktiannya meniupkan ajiannya kepada ketiga anak-anaknya. Tugas yang diberikan kepada Petruk , Gareng dan Bagong adalah berkelana kembali ke masa depan untuk menemui para ahli yang bisa di minta pendapatnya tentang telaah suatu perusahaan. Dalam sekejap Petruk , Gareng dan Bagong lenyap melesat dengan kecepatan jutaan kali kecepatan cahaya menembus ruang dan waktu meninggalkan Karang Tumaritis.

Tak lama kemudian Petruk berhasil menemui kelompok McKinsey. Setelah basa basi perkenalan dan lain-lain , akhirnya sampailah mereka berbicara tentang maksud kedatangan para punakawan Amarta. Dengan bahasa sederhana kelompok McKinsey kemudian menjelaskan konsep 7S-nya yang beberapa waktu yang lalu sering dibicarakan di Sekolah-sekolah bisnis diseluruh dunia. Untuk mendapatkan gambaran tentang postur suatu organisasi atau perusahaan , S yang pertama yang paling menentukan adalah yang disebut sebagai shared value atau nilai-nilai perusahaan yang telah disepakati bersama sebagai piranti lunak yang utama dalam suatu organisasi atau perusahaan. Ketidak sepakatan tentang shared value menjadi ukuran yang pertama yang mengindikasikan ketidak jelasan masa depan perusahaan. Piranti lunak yang kedua adalah style atau gaya , artinya semua karyawan dalam perusahaan berpikir dan bertindak dengan cara yang sama. Misalnya semua karyawan Muka Donato tersenyum kepada pelanggan , dan karyawan Aibeem bertindak sangat profesional. Piranti lunak yang ketiga adalah staff , artinya perusahaan memiliki staff yang cakap, yang dilatih dengan baik dan ditempatkan pada penugasan yang tepat. Berikutnya adalah Skill atau ketrampilan , artinya bahwa semua staff yang ada memiliki ketrampilan dan keahlian yang cukup untuk melaksanakan pekerjaannya sehari-hari dan menjalankan strategi perusahaan.. Apabila 4 S yang pertama yang merupakan piranti lunak terdeteksi dikelola secara baik, maka biasanya perusahaan lebih berhasil dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Selanjutnya 3 S yang terakhir mencerminkan piranti keras perusahaan yaitu Strategi , struktur dan system.
Demikianlah konsep 7 S McKinsey dijelaskan dengan berbagai contoh praktek dilapangan di perusahaan-perusahaan pada milenium kedua. Singkat kata walaupun ada beberapa hal yang tidak bisa dipahami dengan baik oleh para punakawan Amarta karena perbedaan bahasa , namun mereka masih bisa mempertanyakan beberapa hal yang masih menjadi persoalan, antara lain tentang sudut pandang McKinsey yang terkesan beranggapan bahwa lingkungan luar perusahaan tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Bagong melihat bahwa pengalaman selama ini mereka berhadapan dengan kerabat kaum Kurawa , banyak sekali praktek-praktek strategi dan taktik yang agak licik diterapkan dalam upaya memperburuk situasi di Amarta. Oleh karena itu ia merasa perlu untuk mendapatkan opini kedua bagi pendapat McKinsey. Hal ini diiyakan oleh Petruk dan Gareng yang mengusulkan untuk mencoba menggali informasi dari praktek-praktek pada masa yang lain. Setelah beberapa pertanyaan yang diklarifikasi dari kelompok McKinsey , putra-putra Lurah Semar kemudian mohon pamit melanjutkan perjalanan melaksanakan misi pencarian informasi. Perjalanan berikutnya membawa para punakawan Amarta menuju kediaman salah seorang kritikus konsep McKinsey yaitu Richard D’Aveni. Kepada Richard D’Aveni putra-putra Lurah Semar mempertanyakan pendapatannya tentang Konsep McKinsey. Masih dengan konsep 7 S Richard D’Aveni menceritakan tentang kondisi lingkungan bisnis yang sudah sangat hiperkompetitif , dimana tidak ada suatu perusahaanpun yang memiliki keunggulan absolut terhadap para pesaingnya. Konsep McKinsey bagi Richard terkesan mencerminkan kondisi statis dimana proses pembentukan piranti lunak ini memerlukan waktu yang lama sedangkan situasi pasar bergerak terus penuh dengan kekacauan. Upaya mempertahankan competitive advantage justru akan menjadi bumerang mengingat siklus waktu penetrasi pasar semakin pendek.


Siklus yang umum terjadi pada suatu kegiatan operasional perusahaan dimulai dari tahapan launching , exploitation dan kemudian dihadapkan pada counter attack. Siklus yang panjang dan lama memungkinkan kita mempertahankan suatu competitive advantage , karena cukup lama kita bisa menikmati tahapan panen selama masa eksploitasi sebelum menerima serangan balik dari kompetitor. Namun dengan semakin memendeknya periode suatu siklus akan memaksa kita segera mengantisipasi dengan competitive advantage yang baru. Bahkan belum sempat kita tidur nyenyak menikmati panen sudah keburu di-counter attack oleh kompetitor kita. Kemampuan pengembangan dari proses R&D memungkinkan para pesaing untuk segera merespons terhadap strategi perusahaan.





Richard memperkenalkan Konsep 7 S yang baru, dimana perusahaan sekarang dihadapkan kepada pasar yang bergejolak. Oleh karena itu kemampuan perusahaan bisa dilihat dari 3 kelompok utama, yaitu

1. Kelompok yang menyangkut Visi terhadap gejolak pasar yaitu kemampuan perusahaan mengidentifikasi dan menciptakan peluang untuk keunggulan temporer melalui pemahaman atas 2 S yang pertama yaitu
a. Stakeholder Satisfaction (tidak lagi customer saja yang perlu dipuaskan tetapi berkembang bahwa semua pihak yang berkepentingan harus dipuaskan kebutuhannya). Dan
b. Strategic soothsaying (upaya kreativitas melihat kedepan untuk hal-hal yang strategis) yang diarahkan pada identifikasi hal-hal baru untuk penanganan dan pelayanan customer-customer yang ada dengan lebih baik atau customer baru yang belum terlayani oleh siapapun juga.
2. Kelompok S yang kedua yaitu kemampuan menghadapi gejolak pasar (Capacity for disruption) yang mempertahankan momentum melalui pengembangan kemampuan yang fleksible untuk speed & surprise yang dapat diaplikasikan dalam bentuk langkah-langkah untuk membangun sederetan keunggulan-keunggulan temporer.
3. Kelompok S yang ketiga yaitu tactic for disruption yang mencari inisiatif untuk mendapatkan keunggulan melalui, shifting the rules (mengganti medan persaingan disesuaikan dengan keunggulan perusahaan), signaling (memberi tanda-tanda untuk mempengaruhi interaksi-interaksi strategis dinamis dimasa yang akan datang. Melaksanakan simultaneons dan sequential strategic thrusts (memborbandir pasar dengan serangan simultan dan terus-menerus) melalui langkah-langkah yang membangun, membentuk pengaruh terhadap arah atau sifat-sifat respons pesaing.

Konsep-konsep yang didapatkan oleh keluarga Karang Tumaritis dicatat baik-baik sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Lurah Semar. Hingga saat ini Konsep Richard D’Aveni masih sangat relevan untuk diterapkan dalam upaya mendapatkan gambaran tentang postur suatu perusahaan. Kisah perjalanan putra-putra Lurah Semar sementara diakhiri lebih dulu mengingat pesan Ki Lurah Semar untuk segera bisa memberikan informasi kepada Prabu Yudistira. Sekembalinya para-para Ki Lurah Semar ke padepokan Karang Tumaritis tanpa membuang waktu. Petruk, Gareng dan Bagong langsung diajak menghadap Prabu Yudistira. Satu persatu sang Prabu mendengarkan penjelasan dari para punakawannya. Beliau berjanji untuk mempelajari Konsep-konsep masa depan yang segera akan dicoba digunakan untuk melihat kondisi badan-badan usaha di Indraprasta. Konon karena kearifan Sang Prabu palaksanaan Konsep-konsep baru membawa Amarta menjadi negara yang makmur dan sejahtera yang justru menimbulkan persoalan baru dengan Astinapura dan memicu perang Barata yang terkenal dengan “Bratayudha”. Bumi berputar, alam semesta bergerak tanpa henti, persoalan muncul silih berganti. Inilah kenyataan yang harus kita terima !!

Menggali Potensi Perusahaan untuk mencapai Visi

Para pembaca yang saya muliakan , sejak awal zaman , manusia telah mencoba menemukan arti hidup. Para filsuf telah mengabdikan hidup mereka untuk menyingkap misteri dari penciptaan kita. Salah seorang pemikir besar tingkat dunia Plato mengatakan , segala sesuatu yang diciptakan didunia ini tentunya untuk suatu tujuan. Tujuan ini ada untuk mengeluarkan potensi kita. Kita diberi kehidupan dan tujuan , maka kita hendaknya menghasilkan kesuksesan darinya. Dan kesuksesan itu hanya dapat diukur dengan membandingkan apa yang benar-benar kita capai dengan apa yang secara potensial sanggup kita capai. Definisi kesuksesan dalam hal ini bukanlah hanya sekedar lebih baik daripada orang lain , namun terutama dibandingkan terhadap potensi atau kemampuan yang kita miliki. Bersyukurlah bahwa kita terlahir sebagai manusia , makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain yang ada didunia ini. Pada dasarnya kita memiliki potensi yang sungguh luarbiasa atau bahkan ekstrimnya tidak terbatas oleh karena itu sebetulnya kesuksesan yang bisa kita capai itupun juga tidak terbatas.
Fakta mengatakan bahwa sebagian terbesar diantara kita belum memanfaatkan potensi yang kita miliki sepenuhnya. Kalau kita analogikan daya listrik yang kita miliki dirumah , kapasitasnya dipasang tidak terbatas namun sehari-harinya kita hanya menggunakan 10 watt atau bahkan hanya 5 watt saja. Selama ini juga kita terbiasa dengan pola 3 kali 8 jam artinya 8 jam kerja , 8 jam istirahat dan 8 jam tidur. Ini sudah agak obsolete. Sudah waktunya kita harus merubah pola ini. Memang tubuh kita perlu istirahat namun secukupnya. Bersyukurlah kita dianugerahi Tuhan rasa kantuk , karena dengan rasa kantuk ini kita diingatkan bahwa tubuh kita perlu istirahat. Jadi apabila kita merasa mengantuk , maka sah-sah saja kita jatuh tertidur dalam situasi apapun dan dimanapun juga bahkan disaat-saat penting sekalipun. Yang salah adalah apabila mengantuk kemudian tertidur , tidurnya dinikmati dan kita terlelap. Inilah yang salah. Kita boleh tertidur tetapi secukupnya saja supaya kita tetap sehat. Pada umumnya orang-orang yang berhasil , bekerja sehari tidak kurang dari 12 jam. Tidak berarti bahwa kita harus secara fisik menggunakan tubuh kita selama waktu tersebut , namun yang penting adalah kita memanfaatkan waktu secara maksimal untuk kegiatan-kegiatan yang produktif.
Diatas sudah saya katakan bahwa tujuan hidup akan mengeluarkan potensi yang kita miliki. Seseorang yang tidak bisa merumuskan tujuannya berarti tidak bisa memunculkan potensi yang dimiliki secara maximal. Artinya juga bahwa orang tersebut akan susah mencapai sukses. Ini bisa kita analogikan dengan kejadian dimana operator baru kehilangan buku petunjuk sebuah komputer yang unik dan canggih dengan kapasitas tinggi , sehingg karena itu operator tidak dapat memanfaatkan kapasitas penuh dari komputer. Jika masing-masing kita telah diciptakan untuk suatu tujuan spesifik yang mengiringinya, maka segala sesuatu yang perlu dicapai demi tujuan itu seharusnya sudah ada pada tempatnya. Masalahnya adalah bahwa sering kali terbelenggu oleh batasan yang kita buat sendiri dan telah menciptakan suatu rintangan bagi pencapaian kesuksesan dalam kehidupan kita. Dengan demikian marilah sekarang kita mencoba untuk mengerti dan memahami keunikan pribadi hidup terpenting dalam abad ini … yaitu diri kita sendiri.
Ini kita berbicara tentang manusia yang sudah barang tentu merupakan bagian yang sangat penting dari perusahaan , mengingat perusahaan dibangun oleh manusia dan dikerjakan oleh manusia dan juga untuk kepentingan manusia. Apabila kita sudah memahami bahwa satu orang manusia memiliki kemampuan yang begitu luar biasa bagaimana dengan gabungan beberapa orang manusia yang mestinya memiliki keuatan yang berlipat sesuai dengan jumlah manusianya. Demikian juga terkait dengan tujuan perusahaan , analogi dengan hipotesa kita diatas maka perusahaan yang tidak memiliki tujuan yang jelas juga menggambarkan ketidak jelasan masa depan perusahaan tersebut. Disini memberikan garis bawah tentang pentingnya perumusan tujuan perusahaan yang pada umumnya dilakukan secara tidak professional karena tidak memahami standard penyusunan yang baku.
Manusia adalah individu yang unik dan istimewa. Tidak ada satupun diantara kita memiliki kesamaan. Namun kebanyakan dari kita tampak tidak sanggup memahami fakta bahwa kita ini adalah merupakan kemuliaan dan karunia alam. Tidak ada batasan pada potensi kita demikian juga tidak ada batasan bagi kesuksesan. Sering kali kita membiasakan diri menutup cadangan kemampuan yang kita miliki dengan menolak menggerakkan kekuatan pilihan kita . Jika kita tidak mengharapkan apa-apa, maka kita tidak akan memperoleh apa-apa.
Sebetulnya kita sadari atau tidak , kita betul-betul memiliki potensi yang luar biasa. Marilah kita lihat contohnya otak kita. Otak kita adalah super komputer biologis. Fakta mengatakan bahwa lebih dari 10 milyar sel syaraf dalam korteks (kulit otak manusia). Antara 100.000 dan 1.000.000 reaksi kimia terjadi dalam otak anda pada waktu tertentu. Kita memiliki kemampuan menyimpan informasi 100 trilyun kata. Kemudian bagaimana dengan fisik kita. Setiap sel tubuh kita mengandung bio listrik sebesar 90 mvolt , implikasinya ialah bahwa untuk membangkitkan listrik sebesar 220 volt , kita hanya memerlukan 2000 sel dari trilyunan sel tubuh kita.
Dalam posisi kita sebagai bagian dari perusahaan ada dua kenyataan yang bisa kita temukan yaitu pertama bahwa potensi individu tidak tergali , tidak ditemukan maupun dikembangkan dan digunakan , kedua yaitu bahwa potensi yang tergali sering kali malah saling bertarung mematahkan dan hasil akhirnya malah minus.
Artinya hasil yang kita dapatkan adalah kompromistis yang valuenya jauh lebih rendah dibandingkan apabila kita bersinergis saling membangun ada added valuenya. Implikasinya adalah bahwa sebetulnya kita tidak terlalu membutuhkan orang-orang hebat yang luar biasa tetapi malah saling bertentangan. Yang kita butuhkan adalah justru orang-orang yang mampu bekerja sama secara sinergis walaupun tidak terlalu pintar. Yang penting adalah bisa dihindari orang-orang dengan perilaku yang negatif
Beberapa kesimpulan yang bisa kita sarikan :
• Dalam proses memahami Kehidupan baik manusia maupun perusahaan ; hanya yang sudah berlalu yang bisa kita pahami , padahal kita harus menjalaninya kedepan.
• Apa yang telah terjadi dan apa yang akan kita hadapi sebetulnya adalah masalah kecil dibandingkan dengan apa yang terletak dalam diri maupun perusahaan kita.
• Kita adalah makhluk hidup terpenting , kita harus mempercayai potensi tak terbatas dalam diri kita sebagai langkah pertama menuju kesuksesan baik sebagai pribadi maupun sebagai perusahaan.
• Apapun potensi kita, harus kita temukan, kita gunakan dan kita amalkan dalam rangka berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.
• Sukses sebetulnya adalah pilihan kita , apabila kita tidak menghendaki maka hal itu tidak akan tercapai.
• Kita harus melakukan upaya tercapainya sinergis agar supaya hasil luar biasa dari masing-masing individu menjadi hasil yang luar biasa bagi perusahaan.


MENGUAK KASUS KKN DI ERA PARIKESIT.

Para pembaca yang arif dan budiman ( karena hanya pembaca arif yang masih mau meneruskan membaca tulisan ini dan berbudi karena mau belajar dari kisah berikut ) , melalui penelusuran backward mengikuti perjalanan kehidupan anak cucu Pandawa saya menemukan satu potongan bukti menarik betapa perilaku kita masa kini telah merebak kembali ke masa lalu memberi inspirasi dan mengkontaminasi alam kehidupan pada saat itu.
Tanpa maksud memberikan pembenaran terhadap praktek-praktek yang kita lakukan dalam menjalankan roda usaha kita saat ini , yang sering kali akrobatik menggunakan cara-cara yang tidak pantas untuk menjadi panutan anak cucu penerus generasi bangsa kita , saya hanya ingin menyampaikan bahwa praktek KKN telah membumi , melaut dan mengudara bahkan sebelum kita mengenal dengan baik apa yang disebut dengan peradaban.

Konon Prabu Parikesit raja Hastinapura cucu Pandawa sedang berburu dihutan yang merupakan kegiatan yang tidak lagi banyak dimungkinkan saat ini mengingat hutan kita saat ini yang ada adalah hutan beton beraneka warna menggantikan warna hijau sejuk pepohonan dimasa itu. Suatu saat hasil buruan beliau lari tidak terkejar dengan panah masih tertancap dibadannya. Kebetulan ada seorang pertapa disekitar itu dan beliau menanyakan apakah sang pertapa melihat buruan beliau. Karena memang sedang bertapa maka sang pertapa yang bernama Samiti sama sekali tidak menjawab sehingga menimbulkan amarah Prabu Parikesit (..sebetulnya ini sah-sah saja namanya juga raja saat itu...). Sang Prabu kemudian mengalungkan seekor bangkai ular dileher sang pertapa. Konon putra sang pertapa yaitu Srenggi melihat kejadian ini kemudian menyumpahi Prabu Parikesit bahwa tujuh malam lagi Raja Parikesit akan mati, karena digigit ular yang bernama Tatsaka.
Sang begawan Samiti yang arif setelah selesai bertapa manyuruh muridnya yang bernama Aghoramuka, menghadap Prabu Parikesit untuk memberitahukan tentang sumpah itu. Mendengar sembah Aghoramuka, baginda menyesali perbuatannya namun malu untuk meminta sumpah itu diurungkan walaupun prinsip bahwa sang raja can do no wrong saat itu belum tercipta. Agar supaya sumpah itu tidak terwujud , beliau membangun sebuah rumah panggung yang sangat tinggi dan kuat, anti gempa tapi juga anti tsunami yang dibangun dengan mendatangkan penyedia jasa konstruksi milik kerajaan ( Badan Usaha Milik Kerajaan/BUMK ) terkemuka di Hastinapura. Bangunan yang diselesaikan dalam waktu hanya 5 hari dilengkapi dengan penangkis bala , disitulah beliau dijaga oleh brahmana yang mustajab mantranya dan dukun-dukun penawar bisa.
Ternyata bahwa walaupun saat itu teknologi informasi belumlah secanggih saat ini tetap saja kabar tentang sumpah Srenggi terdiseminasi kemana-mana. Begitu awas melihat peluang yang bagus ini , pada hari ketujuh seorang Begawan yang bernama Kasyapa yang mempunyai mantra yang sangat mustajab untuk mengobati orang yang terkena bisa ular datang hendak menolong baginda. Sadar akan keunggulan yang dimilikinya , kreatifitas dan spontanitas Kasyapa muncul mendadak , terpikir bahwa hanya dialah satu-satunya yang memiliki kemampuan menyembuhkan Parikesit . Tentu saja ia berharap bahwa kalau ia mampu menolong baginda dengan bargaining position diatas angin maka tentunya harus ada kompensasi berupa harta kekayaan yang tidak sedikit. Biar bagaimana tidak ada makan siang gratis kata Kasyapa dalam hati. Ditengah perjalanan , ia bertemu naga Taksaka yang menyamar menjadi brahmana. Setelah mengetahui maksud Kasyapa Naga Taksakapun berupaya untuk menguji kesaktiannya. Ternyata terbukti bahwa mantra penawar bisa Begawan Kasyapa , anugerah dari Hyang Brahma memang ampuh , mampu menghidupkan kembali pohon dan orang yang sudah dibakar habis oleh Naga Taksaka.
Sangat kagum melihat kesaktian Begawan Kasyapa , Naga Taksaka kemudian menyembah kepada Begawan Kasyapa serta memberinya harta kekayaan berlimpah-limpah. Begitu senangnya dengan pemberian Taksaka yang begitu banyak , Kasyapapun berbalik pikiran. Tujuan untuk menyelamatkan Prabu Parikesit sebetulnya lebih untuk mengejar kompensasi harta kekayaan. Tidak ada gunanya lagi ia menyelamatkan Prabu Parikesit. Iapun membatalkan rencana misi penyelamatannya dan langsung pulang dengan hati senang membiarkan Taksaka melanjutkan niatnya mencari Sang Prabu Parikesit. Seandainya saja saat ini kita bisa naik time machine kembali ke masa lalu barangkali masih ada peluang menasehati Kasyapa.
Sesampainya di Hastinapura , Taksaka mengetahui bahwa melalui implementasi sistem manajemen resiko yang ketat di Hastinapura , Parikesit telah mengidentifikasi berbagai potensi bahaya dan memasang fasilitas early warning system yang canggih disekeliling kediaman Paduka. Selain fasilitas peralatan paduka juga menyiagakan semua menteri yang terkenal memiliki kesaktian yang sudah teruji dengan senjata lengkap yang uptodate didampingi para pawang yang ahli dalam menawar bisa ular. Namun demikian mengikuti jalur nasib yang sudah tergariskan Taksaka menemukan akal untuk melaksanakan tugasnya. Dengan bantuan familinya yang disuruhnya menyamar sebagai seorang brahmana bisa ia pastikan akan menjadi jalan ia bisa masuk ke istana. Melalui penggunaan teknologi yang dipakai dalam teletransportation ala Hastinapura saat itu naga Taksaka memperkecil ukuran tubuhnya sehingga bisa masuk dan bersembunyi kedalam satu buah jambu yang begitu indah yang rencananya akan dipersembahkan kepada Baginda. Early warning system ternyata tidak berjalan dengan baik mengingat bahwa Parikesit terbutakan oleh rasa gembira melihat jambu yang begitu indah bagai buah dari sorga.. Apalagi brahmana tiruan itupun juga dengan piawai mengucapkan puji-pujian, mendoakan keselamatan dan mengucapkan mantra bagi baginda.

Saat itu sudah sore hari baginda bersyukur bahwa akhirnya dia berhasil lolos dari bahaya. Diambilnya jambu persembahan brahmana tiruan yang setelah dibelah, memunculkan Taksaka dalam bentuk seekor ular kecil, yang nampaknya tidak berbahaya namun dengan cepat ular kecil itu kembali jadi besar seperti semula dan mematuk leher baginda yang langsung menjadi abu.
Andai saja waktu itu KPK sudah dibentuk maka Taksaka nampaknya harus mencari strategi lain selain masuk melalui bingkisan untuk raja dan tentunya kisah yang saya tuliskan harus diedit kembali. Silakan anda renungkan .....
>
>

Para pembaca yang arif dan budiman , tulisan ini memiliki tujuan untuk menemu-kenali kebutuhan litbang industri konstruksi di Indonesia. Dan juga diharapkan bisa menjelaskan apa saja prioritas litbang jangka pendek dan kemudian jangka panjang yang diperlukan oleh industri konstruksi yang bergerak dalam skala besar nasional dan internasional sehingga dapat mendukung daya saing konstruksi Indonesia. Tulisan ini selanjutnya diharapkan bisa menginspirasi penelitian strategis untuk mendukung kapasitas dan kapabilitas Industri konstruksi skala besar bersaing dengan pihak asing baik pada dasar domestik maupun global. Dan yang penting untuk diungkapkan dalam paparan ini adalah bagaimana hasil penelitian dan pengembangan dapat direspon oleh industri.
KERANGKA PEMIKIRAN
1. Kebutuhan litbang industri konstruksi di Indonesia sebagai salah satu fungsi pengembangan Industri Konstruksi secara keseluruhan tentunya akan sangat diwarnai oleh Grand Strategy pengembangan Industri Konstruksi. Sedangkan Grand Strategy itu sendiri dirumuskan berdasarkan Goal yang akan dicapai dan disaring melalui Analisa SWOT. Oleh karena itu perlu ditinjau kembali Visi pengembangan Industri Konstruksi.
2. Mengacu pada Undang-undang jasa Konstruksi No 18 tahun 1990 Lembaga yang diberi tugas untuk pengembangan jasa konstruksi adalah Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi.
3. Visi pengembangan Industri Jasa Konstruksi menurut UUJK No 18 adalah untuk mencapai:

o Pekerjaan Konstruksi berkualitas dan efisien.
o Struktur usaha kokoh & handal.
o Peran masyarakat meningkat.
o Kesetaraan pengguna jasa dan penyedia jasa.



KONDISI YANG SAMPAI SAAT INI MASIH BERJALAN
1. Mutu kurang & produktifitas rendah
2. Kepatuhan pemberi tugas dan pemberi jasa rendah.
3. Kesetaraan antara pemberi tugas dan pemberi jasa kurang.
4. Kemitraan kurang strategis



SASARAN PENELITIAN
1. Obyek penelitian dalam rangka meningkatkan mutu dan produktifitas bisa dilakukan terhadap berbagai sumber daya yang ada dimulai dari SDM , Sarana dan prasarana , finansial , metode , sistem manajemen yang diperlukan. Tujuannya adalah untuk menemukan variabel-variabel yang mampu secara signifikan meningkatkan mutu dan produktifitas ditinjau dari jenis sumber daya yang ada.
2. Dalam rangka membangun Struktur usaha yang kokoh & handal kita bisa menggunakan Konsep Michael Porter sebagai landasan teori dimana selain adanya persaingan dalam industri sejenis perusahaan masih dihadapkan kepada ancaman produk pengganti , posisi tawar dengan pemasok dan konsumen serta ancaman pendatang baru. Penelitian perlu dilakukan terhadap kelima faktor tersebut untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk bisa membangun struktur usaha yang kokoh.
3. Upaya peningkatan Peran masyarakat secara sederhana tentunya dimulai dari tahap pemahaman masyarakat secara umum tentang peran dan hubungan dengan masyarakat jasa konstruksi yang disalurkan melalui Forum Jasa Konstruksi. Yang perlu diteliti disini tentunya adalah seberapa kuat korelasi antara sosalisasi dan peningkatan peran masyarakat atau lebih jauh lagi jenis serta metode sosialisasi yang paling efektif dan efisien untuk membangun peran masyaqrakat.
4. Untuk meningkatkan Kesetaraan pengguna jasa dan penyedia jasa perlu penelitian mendalam tentang efektifitas pranata hukum yang berlaku. Ada peraturan perundangan yang mungkin kontra produktif dengan uoaya ini atau saling bertentangan misalnya pentingnya pengamanan terhadap aset dan kepentingan negara dibandingkan dengan prinsip kesetaraan.

SKALA PRIORITAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
1. Pada dasarnya program jangka pendek ditujukan untuk perbaikan yang sifatnya jangka pendek. Karena pada dasarnya persoalan yang muncul dipermukaan pada umumnya adalah gejala. Sedangkan persoalan yang sebenarnya tersembunyi dibalik gejala yang bisaanya lebih besar dari gejala yang nampak. Program jangka pendek hanya menangani gejalanya saja sedangkan untuk menyelesaikan persoalan yang sebenarnya diperlukan waktu yang lebih lama tergantung berapa lama penyebab tersebut telah berjalan.
2. Dengan demikian strategi Litbang jangka pendek adalah untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh untuk menetralisir gejala yang ada.
3. Sedangkan jangka panjang adalah dengan melalui penelusuran penyebab dan kemudian dilanjutkan dengan akar penyebabnya.


VARIABEL DEPENDENT YANG PERLU KITA TELITI
Dari berbagai uraian diatas maka bisa disarikan bahwa kinerja industri konstruksi yang perlu diteliti untuk bisa ditingkatkan meliputi paling tidak hal-hal berikut :
1. Tingkat Kualitas Pekerjaan Konstruksi.
2. Tingkat Efisiensi Pekerjaan Konstruksi.
3. Tingkat kehandalan dan kekokohan Struktur usaha.
4. Intensitas Peran masyarakat.
5. Tingkat Kesetaraan pengguna jasa dan penyedia jasa.
6. Peningkatan daya saing menghadapi era Gobalisasi.

VARIABEL INDEPENDENT
Variabel yang diharapkan bisa menjadi daya ungkit untuk meningkatkan kinerja industri Konstruksi antara lain adalah :
1. Intensitas persaingan didalam Industri Konstruksi.
2. Kerawanan Sosial.
3. Suhu Politik.
4. Perkembangan Teknologi.
5. Tekanan Regulasi dan deregulasi.
6. Budaya Usaha.
7. Tingkat Kompetensi SDM Konstruksi.
8. Tingkat pertumbuhan ekonomi.
9. Ketersediaan sarana dan prasarana nasional.
10. Budaya masyarakat secara umum.
11. Akses ke sumber dana.
Variabel ini tentunya bisa bertambah atau berkurang tergantung kepada nilai koefisien determinasi dari ke 11 variabel tersebut.


KESIMPULAN
1. Kebutuhan litbang industri konstruksi di Indonesia haruslah merupakan jawaban atas segala persoalan atau gap yang ada antara tujuan yang diharapkan dengan kondisi yang ada saat ini.
2. Skala prioritas litbang jangka pendek , menengah dan jangka panjang yang diperlukan oleh industri konstruksi akan menjawab kebutuhan perbaikan jangka pendek , menengah dan perbaikan jangka panjang. Perbaikan jangka pendek hanyalah untuk mengatasi gejala sedangkan persoalannya memerlukan perbaikan jangka menengah dan akar persoalannya sendiri haruslah dipecahkan dalam jangka panjang.
3. Berdasarkan berbagai hasil penelitian dan latar belakang teori kita bisa menindak lanjuti penelitian dan pengembangan kapasitas dan kapabilitas Industri konstruksi untuk bisa bersaing dengan pihak asing baik pada dasar domestik maupun global. Dan hasil penelitian dan pengembangan hendaknya dibuat available for public agar dapat direspon oleh industri.

Para pembaca yang arif dan budiman , nampaknya kita harus ingat kembali boiling frog phenomenon. Seekor katak yang dicemplungkan kedalam air mendidih tentu akan segera loncat keluar menyelamatkan nyawanya.
Namun apa yang terjadi apabila kita letakkan seekor katak didalam wadah berisi air dingin dan kemudian kita letakkan diatas tungku maka kita akan saksikan bahwa katak itu akan tetap diam sampai mati karena pada saat air mulai naik temperaturnya maka sang katak akan menyesuaikan diri meningkatkan ambang batas ketahanan tubuhnya sampai suatu saat dia bisa mati tanpa terasa.
Memang katak tidak bisa disamakan dengan manusia namun apakah fenomena ini bisa terjadi pada manusia ? Jawabnya menurut saya bisa saja karena terkadang memang kita pintar pada sebagian besar waktu kita namun ada saat dimana intellectual dan emotional biorhytm kita berada pada siklus terburuk dan kita melakukan tindakan yang kurang pintar tanpa kita rasakan.
Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang persoalan pelik yang sekarang dihadapi oleh dunia konstruksi terutama khususnya di Indonesia yaitu ancaman maturity phase dalam siklus hidup industri konstruksi, atau lebih spesifik lagi adalah industri jasa konstruksi yang tidak termasuk industri hulu maupun hilir dari bisnis jasa konstruksi.
Apabila kita menggunakan teori Life Cycle persoalan utama adalah menentukan posisi kita apakah kita dalam proses mau naik atau mau turun. Namun ini menjadi tidak relevan apabila dikaitkan dengan pemikiran Charles Handy bahwa setiap saat kita harus siap dengan perubahan strategi. Marilah kita melakukan pembahasan dan telaah secara jelas lebih lanjut yang tentunya dari sudut pandang dan paradigma yang belum tentu sama dengan apa yang ada dalam pemikiran pembaca yang arif dan budiman. Kita quote pernyataan Albert Einstein yang mengatakan bahwa kita tidak dapat memecahkan persoalan pada level pemikiran yang sama dengan pada saat persoalan itu terjadi. Artinya kita harus melihat dari paradigma yang berbeda.
Mengungkap Fakta
Dunia Konstruksi memasuki daerah turbulen dengan tingkat Kompleksitas yang tinggi dalam dunia yang sedang bertransformasi. Daerah uncertainty semakin meluas dan perlu pengendalian yang lebih efektif ,dan pada akhirnya mengarah pada fleksibilitas pergeseran paradigma ; demikian kata Samuel C Florman dalam tulisannya yang berjudul The existential pleasures of Engineering. Sedangkan Evan Vlachos dari Sociology & Civil Engineering Colorado State University dalam tulisannya yang berjudul The Future of Civil Engineering in a Transforming World , juga membahas tentang lingkungan yang berubah , trend dan pengembangan Civil Engineering , persiapan Insinyur sipil abad 21 , pergeseran paradigma dalam teori dan praktek serta spekulasi tentang masa depan. Di sisi lain Frank P Davidson dan C Lawrence Meador merumuskan terjadinya kompleksifikasi yang mengarah kepada interdependensi satu sama lain yang memunculkan kerapuhan/vulnerabilitas yang tinggi mempersyaratkan implementasi manajemen resiko. Para insinyur sipil tentunya sangat tidak asing dengan Mekanika Teknik yang menjadi pelajaran utama di Jurusan Sipil. Kita tentunya masih ingat bahwa mata kuliah yang satu ini merupakan beban terberat yang sering menjadi penghalang para mahasiswa jurusan sipil. Apa yang ingin kita ungkap disini adalah bahwa begitu berat kita belajar dibidang sipil sehingga cukup sulit untuk menjadi insinyur sipil yang berkualitas. Walaupun ini tidak berarti bahwa dijurusan yang lain lebih mudah. Namun apa yang terjadi , begitu tamat menjadi insinyur sipil ternyata juga tidak mudah mendapatkan pekerjaan. Kalaupun mendapatkan pekerjaan biasanya ditempat yang susah dengan pekerjaan yang berat dan memerlukan kekuatan dan kondisi fisik yang prima. Dari berbagai sumber yang layak dipercaya kita mencoba untuk menganalisa seberapa jauh para insinyur sipil berkiprah di profesi mereka.

Fakta pertama.
Forbes tahun 2006 mengungkapkan suatu fakta yang menarik dan membanggakan bagi orang sipil , dimana perusahaan Bechtel yang bergerak dibidang konstruksi masuk rangking 9 dalam 10 besar perusahaan terbesar di Amerika dengan membukukan revenue tahun 2006 sebesar 18,1 milyar USD dan mengelola sekitar 40.000 orang. Walaupun masih harus mengekor pada Ernst & Young pada posisi rangking ke 8 yang mengelola Business Services dengan revenue tahun 2006 sebesar 18.40 milyar USD dan mengelola karyawan sebanyak 114,000 orang. Pada bidang yang sama yaitu Business Services Ernst & Young diungguli oleh Pricewaterhouse Coopers dengan revenue sebesar 21.30 milyar USD dan mengelola karyawan sebanyak 140.000 orang pada rangking ke 3.

Memang barangkali tidak perlu kita membahas bisnis mereka , namun yang menarik adalah dengan rangking ke 9 apakah perusahaan Bechtel telah memperkaya pemiliknya , yang telah diwariskan ke generasi ke 3 yaitu Riley P Bechtel yang berusia 54 tahun dengan kekayaan senilai 2.7 milyar USD ataupun pendahulunya Stephen Davison Bechtel Jr dengan kekayaan 2.7 milyar USD pada usia 81 tahun ?
Ternyata dua orang pemain di bidang engineering dan construction masuk dalam ranking terbawah dalam daftar 100 orang terkaya di Amerika versi Forbes. Ini mengungkap indikasi bahwa pekerjaan berat yang dilakukan oleh pengusaha konstruksi ternyata tidak mampu memberikan kesejahteraan yang seimbang dengan upaya yang telah dilakukan. Akan menjadi semakin pening kepala apabila kita lihat revenue dari William Gates yang hampir seluruhnya merupakan juga Profit mengingat bahwa cost untuk menangani revenue tersebut hampir tidak berarti dan membawanya kepuncak sebagai orang terkaya didunia. Laporan Task Committee on the First Professional Degree mengenai Engineering the Future Civil Engineering kepada Executive Committee Board of Direction American Society of Civil Engineers, dikatakan bahwa “ ….Civil Engineers as well as other U.S. based engineering professions, is behind all other major professions in the overall education-experience – licensing - certification - continuing professional development arena. Furthermore, civil engineering is slipping further behind….. Dilihat dari pertimbangan inflasi pendapatan para insinyur sipil secara umum statis selama beberapa decade terakhir. Tanpa melihat pengalamannya , pendapatan bidang teknik sipil jatuh dibawah profesi engineering yang lain. Gaji pertama insinyur sipil juga tercatat jatuh dibawah disiplin engineering yang lain. Dibandingkan profesi secara keseluruhan gaji insinyur sipil juga lebih rendah dari kebanyakan profesi dan menunjukkan pernedaan yang sangat signifikan. Ini berakibat turunnya animo para professional muda yang pintar untuk menggeluti profesi Insinyur sipil.

Fakta kedua.
Indikasi iklim dunia konstruksi yang kelam membawa dampak cukup serius terhadap minat tamatan SMU untuk memilih jurusan Sipil dalam rangka melanjutkan pendidikannya. Jumlah mahasiswa jurusan Sipil di perguruan tinggi mengalami penurunan yang signifikan. Bahkan dinegara-negara yang maju sekalipun terpaksa harus ada perubahan atau pengalihan nama jurusan sipil menjadi jurusan yang lebih menjual.

Fakta ketiga.
Ada indikasi bahwa banyak perusahaan besar mengalami kesulitan dalam hal pemilikan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang tersedia di perusahaan. Wacana outsourcing yang semakin marak dan dipertentangkan oleh Angkatan kerja dan Departemen Tenaga Kerja , bisa jadi bukan karena sudah direncana namun merupakan gambaran lack of resources dalam perusahaan. Memang kita sadari bahwa organisasi perusahaan-perusahaan konstruksi memiliki ciri-ciri yang sesuai untuk aplikasi bentuk struktur organisasi Adhocracy versi Henry Mitzberg yang solid ramping dengan jenjang minimal dan elemen struktural utama yang tidak terlalu besar , karyawan organik terbatas dan organisasi berkembang sesuai jumlah pekerjaan yang akan diterima. Setiap ada pekerjaan dilakukan outsourcing sampai pekerjaan selesai. Selanjutnya organisasi kembali ke semula dengan ukuran yang efisien.









Mengidentifikasi potensi persoalan dan risiko dibelakang hari.
1. Pasar jasa konstruksi memang merupakan perwujudan dari kemampuan investasi baik pemerintah maupun swasta dengan porsi terbesar dalam bentuk sarana fisik. Sementara itu dalam jangka pendek sudah bisa diprediksi potensi pekerjaan dibidang sarana dan prasarana fisik yang sangat besar yang merupakan kebijakan Pemerintah. Sehingga menjadi suatu pertanyaan besar apakah Sumber daya yang ada dibidang konstruksi dalam negeri mampu menangani jumlah pekerjaan yang cukup besar dalam beberapa tahun mendatang. Namun begitupun masih tercatat bahwa tingkat kompetisi memperoleh pekerjaan masih dirasakan sangat ketat , beberapa perusahaan mengambil kebijakan Low Price strategy tanpa kejelasan apakah juga didasarkan atas Low Cost Strategy sebagai back up atas kebijakan tersebut. Margin tipis untuk kontrak konstruksi sudah merupakan potensi risiko yang high impact dan high probability yang sudah jelas mempersyaratkan penanganan khusus , apalagi penawaran dengan harga pada Break Event Point tanpa margin untuk sekedar mengenerate cashflow.

2. Jumlah teknisi bidang sipil yang semakin jauh berkurang tentunya mendorong dilakukannya studi lebih lanjut tentang kualitas dari sumber tersedia. Ada kemungkinan bahwa bibit-bibit terbaik tidak tertarik untuk masuk di jurusan sipil sehingga ini akan menjadi faktor yang mengkhawatirkan terhadap kualitas bangunan dalam masa-masa mendatang. Padahal kita tahu bahwa ilmu-ilmu yang harus dikuasai insinyur sipil sedemikian sulit untuk dipelajari apalagi kalau kualitas mahasiswanya juga cekak. Menurut Laporan Task Committee on the First Professional Degree mengenai Engineering the Future Civil Engineering kepada Executive Committee Board of Direction American Society of Civil Engineers selanjutnya disimpulkan beberapa hal lain :

a. Pendidikan formal Insinyur Sipil terlalu sempit.
b. Secara historical tercatat bahwa terjadi pengurangan sedikit demi sedikit jumlah kredit semester untuk menamatkan pendidikan sarjana Sipil.
c. Para insinyur sipil memiliki persiapan yang kurang memadai dalam menghadapi lingkungan kerja yang berubah dengan cepat.
d. Pada umumnya insinyur sipil tidak pernah mendapatkan pendidikan kepemimpinan.
e. Semakin banyak yang bukan insinyur memimpin para insinyur.
f. Sistem produksi dan delivery mengalami proses perubahan , mereka yang bukan insinyur sipil mulai memasuki bidang infrastruktur dan lingkungan.
g. Tingkat kompensasi yang rendah untuk para insinyur sipil.
h. Daya tarik bidang Civil Engineering yang mengalami penurunan dimata tenaga muda dengan motivasi tinggi.

3. Era globalisasi saat ini tidak lagi mampu membendung perusahaan asing yang akan berkiprah di Indonesia yang kemungkinan besar memiliki kemampuan yang lebih unggul dibandingkan dengan perusahaan local di Indonesia.
Jadi apa yang harus kita lakukan dalam kondisi seperti ini ? Tentunya banyak upaya yang bisa kita lakukan , apalagi identifikasi risiko diatas hanyalah merupakan sebagian kecil dari sederetan risiko yang lain yang tentunya juga memerlukan penanganan lebih lanjut. Berikut ini adalah beberapa pemikiran yang bisa kita sumbangkan :
1. Merespons potensi risiko yang pertama tentunya bisa diwujudkan melalui kesepakatan antara para pemain dalam memperebutkan kontrak konstruksi melalui Asosiasi baik profesi maupun perusahaan serta Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi dalam rangka menyelamatkan bisnis Jasa Konstruksi Nasional.
2. Nampaknya harus ada insentif bagi para teknisi bidang Sipil agar terhindar dari phenomena sulit mencari sekolah , kemudian sekolahnya sulit tidak selesai-selesai , sulit mencari pekerjaan yang prospektif , bekerja ditempat yang sulit dan sulit mendapatkan remunerasi yang sepadan dengan tingkat kesulitannya.
3. Upaya membendung perusahaan asing tentunya tidak secara naif melalui pembatasan-pembatasan serta aturan main , namun lebih kepada focus meningkatkan daya saing perusahaan lokal melalui penataan yang membawa sinergi kepada para pemain lokal. Pendekatan kompromistis yang mengorbankan kepentingan masing-masing untuk bisa terjadi kesepakatan haruslah mulai bergeser kearah pendekatan win win solution yang sinergis. Dalam hal ini peranan BUMN Konstruksi sangat diharapkan untuk bisa berkontribusi membangun iklim kompetisi yang sehat apalagi memasuki era Blue Ocean yang mentabukan persaingan.
4. Diperlukan lahirnya inovasi-inovasi berkualitas yang mampu meminimalisir Red Ocean Competition yang benar-benar bloody. Dengan demikian seperti yang disarankan oleh Peter Drucker fokus kepada inovasi dan pemasaranlah yang akan mampu mendorong terciptanya cashflow sedangkan kegiatan yang lain hanyalah cost.
Untuk identifikasi risiko yang lain dan proses mitigasinya silakan kita semua sebagai warga teknisi sipil ikut berkontribusi sesuai dengan sudut pandang atau paradigma masing-masing , saya hanyalah trigger saja. Wassalam.

BACK TO BASIC.


Disadari atau tidak kita sudah memasuki abad ke 21 dengan segala sisi baik dan buruk. Kita katakan baik , karena kita pada akhirnya sampai juga di tahun 2007 melewati berbagai persoalan yang datang kepada kita , kita katakan buruk, dalam tanda kutip karena tentunya saat inipun kita sudah bisa merasakan tantangan yang lebih besar. Akan mampukah kita menghadapi tantangan yang semakin berat ini ? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita berdiskusi dalam tulisan singkat berjudul back to basic. Pertanyaan pertama tentunya adalah apa yang dimaksud dengan back to basic , kemudian mengapa back to basic , bagaimana cara kita back to basic , kapan dan dibagian yang mana dari aktifitas kita ini yang harus back to basic.

Disadari atau tidak kita sudah memasuki abad ke 21 dengan segala sisi baik dan buruk. Kita katakan baik , karena kita pada akhirnya sampai juga di tahun 2007 melewati berbagai persoalan yang datang kepada kita , kita katakan buruk, dalam tanda kutip karena tentunya saat inipun kita sudah bisa merasakan tantangan yang lebih besar. Akan mampukah kita menghadapi tantangan yang semakin berat ini ? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita berdiskusi dalam tulisan singkat berjudul back to basic. Pertanyaan pertama tentunya adalah apa yang dimaksud dengan back to basic , kemudian mengapa back to basic , bagaimana cara kita back to basic , kapan dan dibagian yang mana dari aktifitas kita ini yang harus back to basic.

Kesepakatan tentang apa yang dimaksud dengan back to basic.
Seperti yang telah disebutkan diatas ternyata kita sudah masuk di tahun yang ketujuh dari abad 21 ini. Cukup jauh perkembangan yang kita capai selama ini walaupun masih menjadi pertanyaan besar mengapa dalam bidang-bidang tertentu dirasakan kelambanan perkembangan. Didalam tulisan ini kita memang membatasi diri ingin membahas langkah-langkah back to basic dalam konteks bahwa ada hal-hal mendasar dan sederhana yang perlu kita pahami lebih dalam sebelum kita melangkah ke hal-hal yang sulit. Seringkali kita terdorong untuk berpikir yang muluk-muluk tetapi karena tidak down to earth dalam tanda kutip maka kita justru dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang sederhana. Jadi tulisan ini membahas tentang perlunya kita kembali ke hal-hal yang sederhana yang mendasar untuk bisa menghasilkan suatu karya yang nantinya diharapkan menjadi suatu masterpiece.

Mengapa back to basic.
Seorang teman saya adalah anak dari pemilik dan pengelola suatu perusahaan besar. Setelah dia tamat insinyur kemudian dia bekerja di perusahaan orangtuanya dan berstatus pembantu pelaksana di lapangan. Apakah mungkin seorang sarjana sipil begitu tamat maka dia memiliki kemampuan untuk menjadi pimpinan yang efektif suatu perusahaan kontraktor ? Pertama bahwa disekolah tidak diajari cara memanage suatu perusahaan. Kedua , praktikum yang pernah di lakukan dikampus terbatas pada hal-hal tertentu. Ketiga , kalaupun pernah kerja praktek itupun dilakukan tidak secara penuh. Keempat tidak bisa diyakinkan bahwa yang bersangkutan memiliki bakat memimpin. Secara umum bisa kita katakan bahwa diperlukan suatu pengalaman dan proses yang panjang untuk seseorang bisa menjadi pimpinan suatu perusahaan. Dia masih harus memahami terlebih dahulu pengetahuan dan pengalaman dasar sebelum masuk ketingkat yang lebih tinggi. Suatu organisasi atau perusahaan yang efektif dimulai dari pembangunan elemen atau unsur terkecil dari organisasi atau perusahaan tersebut. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan kompetensi dan komitmen dari elemen tersebut baik itu berupa elemen mati maupun terutama elemen hidupnya yaitu berbagai sumberdaya terutama sumber daya manusia yang dimiliki organisasi atau perusahaan. Secara umum bisa kita katakan bahwa segala sesuatu yang terjadi dialam semesta ini berjalan melalui suatu proses , bukan tercipta secara overnight. Kita hanya bisa membentuk tim yang solid apabila tim tersebut terdiri dari individu-individu yang bisa diandalkan baik sisi hard maupun sisi soft competency serta komitmennya. Dalam ilmu berhitung kita harus betul-betul memahami cara menambah dan mengurang. Ini yang paling mendasar karena tanpa pengetahuan menambah tidak mungkin bisa mengalikan. Lima dikalikan dua artinya sama dengan lima ditambah lima. Lima kuadrat artinya lima kali lima yang artinya adalah lima ditambah lima , ditambah lima , ditambah lima , ditambah lima menjadi duapuluh lima. Bayangkan kalau seandainya kita tidak bisa menambah jangan berharap kita bisa mengalikan , menguadratkan. Jangan berharap bisa belajar matematika , atau calculus tingkat tinggi lupakan saja tanpa berbekal pengetahuan yang sangat mendasar yaitu pengetahuan menambah dan mengurangi angka.

Bagaimana cara kita back to basic.
Kalau kita kembali ke konteks perusahaan maka yang kita lakukan adalah mencoba memetakan kembali aktifitas-aktifitas basic apa yang utama maupun yang menjadi pendukung yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kerangka Value Chain Analysis Michael Porter. Aktifitas basic ini harus kita break down lagi kedalam elemen-elemen yang tidak bisa kita pecah lagi. Aktifitas utama jelas haruslah mengalir dan berjalan dengan baik didukung oleh subaktifitas yang berjalan baik juga.Pemahaman terhadap elemen terkecil ini menjadi sesuatu yang krusial karena seringkali sulit dilakukan.
Pelaku aktifitas elemen terkecil ini haruslah terbackup dengan kompetensi maupun komitmen yang memadai juga. Isue inkompetensi menjadi tantangan yang terberat untuk keberhasilan aktifitas atau proses bisnis perusahaan terutama yang menyangkut proses utama yang tidak boleh mengalami hambatan. Ketidak berhasilan proses bisnis utama perusahaan akan membuat masalah besar karena disinilah letak kualitas perusahaan yang utama.

Kapan dan dibagian yang mana dari aktifitas kita yang harus back to basic.
Pada dasarnya kita memiliki penyakit yang umum terjadi yaitu menunda pekerjaan yang berakhir dikemudian hari muncul penyesalan. Oleh karena itu tidak usah menunda lagi mulailah sekarang kita coba identifikasi berbagai hal yang kita lakukan yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan hidup kita (”.... yang seringkali juga tidak pernah dirumuskan dengan jelas ....”). Apa yang kita lakukan ini kita breakdown lagi kedalam elemen-elemen terkecil kemudian kita simpulkan bahwa untuk mengerjakan suatu elemen kegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidup kita diperlukan suatu kompetensi khusus yang harus kita lengkapi , dengan demikian lebih mudah kita dalam bekerja , berkarya , berprestasi meraih cita-cita kita. Analog dengan perusahaan maka dalam rangka mencapai tujuan perusahaan diperlukan suatu proses yang harus kita yakini dijalankan dengan baik elemen demi elemen dengan demikian proses mencapai tujuan perusahaan akan menjadi lebih efektif. Marilah kita buktikan !